KABUL (Arrahmah.com) – Pejabat intelijen AS Selasa (14/9/2021) memperingatkan bahwa kelompok Al Qaeda dapat membangun kembali dirinya di Afghanistan dalam satu atau dua tahun ke depan.
Presiden Joe Biden memerintahkan penarikan penuh pasukan AS dari Afghanistan, yang mengakhiri perang terpanjang Amerika bulan lalu.
Tapi peristiwa berikutnya menyebabkan pengambilalihan penuh Afghanistan oleh Taliban.
Kekhawatiran meningkat mengenai apakah Afghanistan dapat sekali lagi berubah menjadi landasan bagi serangan terhadap AS atau kepentingannya di luar negeri.
“Kami sedang memikirkan cara untuk mendapatkan akses kembali ke Afghanistan dengan semua jenis sumber dan akses,” Letnan Jenderal Scott Berrier, direktur Badan Intelijen Pertahanan, mengatakan dalam sebuah konferensi pada Selasa (14/9), seperti dilansir Al Arabiya.
Berrier juga mengungkapkan bahwa al-Qaeda dapat membangun “beberapa kapasitas untuk setidaknya mengancam tanah air” dalam “satu hingga dua tahun.”
Penilaiannya tentang potensi al-Qaeda untuk berkumpul kembali dalam periode ini digaungkan oleh Wakil Direktur CIA David Cohen, yang juga berbicara pada konferensi Intelijen dan Aliansi Keamanan Nasional.
Cohen mencatat bahwa badan-badan intelijen sudah memperhatikan kegiatan al Qaeda untuk membangun kembali kehadirannya di Afghanistan.
Pada konferensi yang sama, sehari sebelumnya, Direktur Intelijen Nasional (DNI) Avril Haines tampaknya mengambil sikap berbeda.
Haines mengatakan ancaman “terbesar” bagi AS bukan dari Afghanistan tetapi kelompok di Yaman, Suriah, Somalia dan Irak.
“Apa yang kami lihat adalah Yaman dan Somalia, Suriah dan Irak. Di situlah kita melihat ancaman terbesar.”
Seperti banyak pejabat dan mantan pejabat AS saat ini, Haines mengakui bahwa penarikan dari Afghanistan telah menghambat kemampuan pengumpulan intelijen Washington.
Namun demikian, Haines mengatakan AS akan terus memantau “setiap kemungkinan pemulihan” kelompok “teroris” di Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)