MADRID (Arrahmah.com) — Ribuan warga Spanyol terutama kaum intelektual, akademisi, dan aktivis anti globalisasi mengaku menemukan kenyamanan dan kedamaian di dalam Islam.
Penerimaan terhadap Islam meningkat terlepas dari kampanye kebencian media Barat,” ujar Abdul Nour Barado, kepala Masyarakat Islam Catalonia seperti yang dikutip oleh IslamOnline.net.
Perkiraan menyatakan antara 3.000 hingga 4.000 warga Catalonoia memeluk Islam akhir-akhir ini. “Bisa jadi angka yang sesungguhnya lebih tinggi dari itu,” ujar Barado.
Media lokal melaporkan, mereka mencatat jumlah cukup masif di kalangan intelektual, akademisi, dan aktivis anti globalisasi yang menjadi Muslim di Spanyol.
Catalonia pertama kali menerima Islam yaitu pada tahun 1960, saat itu jumlah Muslim masih sangat sedikit. Kini ribuan warga Catalonia percaya dan jumlah yang bergabung dengan Islam berlipat ganda.
Catalonia,propinsi otonom di Spanyol meliputi area seluas 31,950 km² dengan jumlah populasi resmi sebesar 6,3 juta. Ibu kota negara Barcelona, terletak dalam propinsi itu. Wilayah itu merupakan rumah bagi sekitar 10.000 imigran Maroko, terlebih secara geografis berdekatan dengan Maroko.
Negara Eropa selatan ini diperkirakan memiliki warga minoritas Muslim sekitar 1,5 juta dari populasi total sebesar 40 juta penduduk. Islam menjadi agama kedua setelah Nasrani dan telah diakui oleh undang-undang kebebasan beragama yang dikeluarkan pada 1967.
Bukan hanya Catalonia, lebih banyak warga Spanyol di Palencia, propinsi Utara–tepatnya di bagian utara komunitas otonom Castile dan Leen, juga banyak yang mengaku menemukan kedamaian dalam Islam.
“Sekitar 4.000 orang di Palencia menerima Islam setiap tahun,” ujar Saed Al Ruttabi, kepala Dewan Islam Palencia. Ia mengatakan jika mereka sering kali mengawali dengan pencarian pribadi dan menemukan kesan mendalam sebelum berpindah ke Islam.
“Dan ketika mereka melakukan itu, mereka menemukan jika keimanan dalam Islam sangat berbeda dengan presepsi awal yang mereka miliki,” ungkap Saed.
Saed juga menambahkan jika dari 150.000 Muslim di Palencia, hanya 90.000 yang memiliki latar belakang imigran. Ini mencerminkan trend global, tidak hanya di Spanyol, melainkan di seluruh Eropa dan juga Amerika Serikat.Namun jumlah muslim yang bertambah menciptakan ‘masalah budaya’ di negara Eropa Selatan itu.
“Muslim baru (muallaf) cenderung tidak mendatangi sholat jamaah di masjid mayoritas Imigran Muslim,” ujar Barado merujuk pada perbedaan budaya. “Ini karena para muallaf mempercayai jika masjid semacam itu telah menjadi pusat masyarakat untuk Muslim Imigran,” kata Barado lagi. (Hanin Mazaya/IOL)