Lebih dari 100 penulis dan intelektual Cina menandatangani sebuah petisi bagi pembebasan seorang intelektual dan ekonom Profesor Ilham Tohti. “Profesor Ilham Tohti adalah seorang intelektual yang mengabdikan diri bagi persahabatan untuk kelompok ethnik dan mencoba menghilangkan konflik antara mereka. Tohti tidak semestinya dijadikan tersangka kriminal”, tulis surat itu.
Tohti diketahui hilang dari rumahnya akhir pekan lalu, dan dikabarkan telah ditangkap pihak berwenang. Setidaknya lebih dari 1500 orang telah diculik pihak aparat Cina, yang ingin memberangus gerakan rakyat muslim Uigur, yang menuntut keadilan dari pemerintah pusat Cina. “Kalau pemerintah ingin mengajukan tuntutan hukum terhadap Ilham Tohti, mereka harus melakukannya dengan terbuka dan yang lebih penting lagi mendapat kepercayaan dari warga Uigur”, demikian isi pernyataan 100 orang intelektual Cina.
Sebenarnya, Tohti mengelola situs Uigur.cn, merupakan situs penting untuk terjadinya dialog antara suku Han dengan Uigur. Namun, dalam sebuah pidatonya di telivisi yang disiarkan 16 Juli, Gugernur Xinjiang Nur Bekri, menuduh situs itu membantu mengatur pembrontakan rakyat dan menghasut, dan menentang pemerintah serta menyebarluaskan propaganda. Para intelektual Cina itu, juga meminta pemerintah pusat di Beijing melakukan intropeksi dengan terjadinya ‘pembrontakan’ di Uigur,yang hakekatnya rakyat di wilayah itu menuntut keadilan.
Awal terjadinya peristiwea, tak lain dipicu konflik antara suku Han dengan Uigur, yang meyebabkan tewasnya dua orang suku Uigur, dan menimbulkan protes yang meluas di seluruh wilayah itu. Terutama di ibukota Urumqi. Protes yang berlangsung 5 Juli itu, mengakibatkan tewasnya lebih dari 600 orang penduduk muslim di Propinsi Xinjiang, dan ribuan lainnya yang ditangkap dan ditahan serta luka-luka, akibat kekerasan aparat keamanan.
Belakangan pemerintah Cina menuntut Perdana Menteri Turki, Recep Tayyib Erdogan, yang telah mengeluarkan pernyataan keras, dan menuduh pihak militer Cina melakukan ‘genosida’, dan menuduh Turki telah melakukan campur tangan ke dalam urusan dalam negeri Cina. Yang Jiechi, juru bicara kementerian luar negeri Cina, mengatakan, ‘Peristiwa di Urumqi merupakan kejahatan yang tidak termaafkan’, ucapnya. (eramuslim/bbc/arrahmah)