PESHAWAR (Arrahmah.id) — Intelijen Turki pada Ahad (29/1/2023) mengadakan pertemuan dengan kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS), dan Ahrar al-Sham untuk membahas pembukaan kembali jalan raya M4, kata seorang sumber keamanan kepada North Press Agency (30/1/2023).
Dilansir North Press Agency (30/1) dihadiri oleh Abu Ayoub al-Iraqi, seorang pemimpin perbatasan, Abu Muhammad al-Felastini, seorang pejabat pasukan keamanan Idlib, Abu Maria al-Qahtani, pejabat keamanan tertinggi HTS, dan Abu O’ baida al-Shami, pemimpin faksi Ahrar al-Sham, serta empat petugas keamanan intelijen Turki, menurut sumber tersebut.
Mereka membahas bagaimana mengamankan jalan raya M4 dari kemungkinan serangan, selain kemungkinan membuka penyeberangan Saraqib.
Anggota intelijen Turki memberi tahu HTS bahwa patroli Turki di pedesaan utara Idlib akan dimulai pekan depan untuk memantau jalan raya. Tujuannya adalah untuk menyiapkan rencana keamanan bersama dengan faksi-faksi lokal untuk mencegah operasi apa pun yang mungkin menargetkan patroli di masa depan.
Jalan raya M4 membentang dari Latakia ke Saraqib, wilayah tenggara Idlib. JAlan itu juga menghubungkan Ariha dan Jisr al-Shughur, di pedesaan selatan dan barat daya Idlib.
Panjang jalan raya di Idlib adalah 120 km, 100 km di antaranya berada di bawah kendali HTS. Dari sana bisa dicapai Aleppo bahkan ada dua jalur menuju ke Irak yang berakhir di Mosul.
Pada Oktober 2019, jalan raya tersebut menjadi garis depan dan ditutup selama tujuh bulan.
Pada Mei 2020, jalan raya tersebut dibuka kembali sebagian untuk pertama kalinya dengan bantuan mediasi Rusia. Namun, sejak saat itu, jalan tersebut ditutup karena pemboman sporadis dari wilayah yang dikuasai Turki.
Turki mencoba, melalui pertemuan trilateral, untuk mengembalikan patroli Rusia ke jalan raya guna menormalkan hubungan dengan pemerintah Suriah.
Akhir Desember 2022, pertemuan trilateral berlangsung antara menteri pertahanan Turki, Suriah, dan Rusia di Moskow, menandai pertemuan tingkat tinggi pertama antara Suriah dan Turki sejak dimulainya perang Suriah pada 2011.
Turki dan Suriah berseberangan dalam perang selama 11 tahun, setelah Ankara mulai mendukung oposisi Suriah dan faksi bersenjatanya yang berusaha menggulingkan pemerintah Suriah.
Pada 12 Januari, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan mitranya dari Suriah dan Rusia, Faisal Mekdad dan Sergey Lavrov, masing-masing, pada awal Februari. (hanoum/arrahmah.id)