WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sebelum serangan mematikan yang dilakukan oleh Rezim Nushairiyah Suriah, intelijen salibis AS dilaporkan telah mengetahui rencana serangan senjata kimia yang mengancam nyawa penduduk sipil Suriah tersebut sebelumnya, namun mereka malah membiarkannya, lansir PC pada Selasa (3/9/2013).
Rezim Nushairiyah Suriah telah melakukan serangan teroris dan pengecut terhadap kaum muslimin di distrik Ghautah Timur, provinsi pinggiran Damaskus dengan senjata kimia pada Rabu (21/8) dini hari. Lebih dari 1700 warga sipil muslim gugur dan 6000 lainnya tak sadarkan diri oleh gas beracun yang terkandung dalam senjata kimia tersebut.
Badan-badan intelijen kafir Amerika dilaporkan telah memiliki indikasi bahwa Rezim Nushairiyah Suriah siap untuk meluncurkan serangan kimia mematikan tersebut sejak tiga hari sebelumnya.
Terungkapnya hal ini menimbulkan sejumlah pertanyaan untuk Gedung Putih yang kemudian berusaha menutupinya dengan menggalang dukungan Kongres dan publik Internasional untuk melakukan aksi militer terhadap Rezim Suriah tanpa menggulingkan Bashar Assad, sebuah langkah yang kembali menimbulkan pertanyaan baru.
Diantara sejumlah pertanyaan yang begitu mengganggu Gedung Putih tersebut adalah mengapa AS kemudian tidak mengumumkan informasi penting temuan mereka dan mencoba mencegah serangan itu dari awal saja. Pertanyaan baru yang juga muncul kemudian ialah mengapa AS berencana melakukan aksi militer terhadap Suriah namun tanpa menyerang Assad yang jelas-jelas mereka yakini sebagai dalang di balik serangan senjata kimia biadab tersebut. Dengan demikian, sebenarnya apa tujuan AS dalam merencanakan intervensi militer terhadap Suriah.
Dalam sambungan telepon dengan para wartawan pada Jumat (30/8) siang, seorang pejabat senior Gedung Putih menolak untuk mengomentari mengapa informasi ini tidak mereka sebarkan untuk keselamatan rakyat Suriah.
Laporan intelijen salibis AS juga mengungkap informasi, yang selama ini mereka tutupi, bahwa Rezim Nushairiyah Suriah telah menggunakan senjata kimia mematikan selama setahun terakhir untuk mencoba merebut dan menguasai wilayah-wilayah strategis Suriah. (banan/arrahmah.com)