JAKARTA (Arrahmah.com) – Odhita R Hutabarat, Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama mengatakan, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) berencana meminta maaf secara terbuka kepada Umat Muslim Indonesia pada Sabtu (18/17/2015). PGI akan memberikan keterangan kasus Tolikara sekaligus menyampaikan permintaan maafnya melewati media.
“Tentang peristiwa itu, kita minta PGI untuk memberikan keterangan dan menyampaikan maaf kepada umat Islam lewat pers,” kutip Republika saat Odhita berbicara pada siaran persnyakemarin, Jum’at (17/7).
Menurut Odhita, pihaknya sudah mengambil langkah untuk menyelesaikan kasus pembakaran masjid di Tolikara, Wamena Papua pada Jum’at (17/7). Dia juga mengaku sudah menghubungi Ketua Sinode Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) untuk menjelaskan surat larangan shalat Ied yang sudah beredar di media massa tersebut. “Kita sudah menghubungi Sinode GIDI untuk berikan penjelasan kronologi kejadian,” ujarnya.
Dia juga meminta GIDI sebagai pelaku dalam peristiwa itu mengirimkan surat permohonan maaf kepada umat Islam lewat Kemenag. GIDI, kata Odhita, akan segera mengirim surat itu secepatnya melalui emailnya dan akan disampaikan kepada umat Islam di Indonesia.
Bukan hanya GIDI, induk organisasinya pun, yaitu Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) turut diajak menyelesaikan kasus itu. Dia mengharapkan PGLII segera mengambil langkah strategis untuk menyikapi insisden Tolikara dan ikut menyampaikan permintaan maaf pada umat Islam.
Atas nama umat kristen, Odhita menyatakan keprihatinannya kepada umat Islam di Tolikara. Apalagi kejadian itu terjadi saat hari kemenangan bagi umat Islam, khususnya di Papua. Dia berharap kasus Tolikara itu dapat diselesaikan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.
“Atas nama pemerintah kami mohon maaf atas peristiwa yang melukai hati umat Islam yang juga saudara-saudara kami,” kata Odhita, meminta maaf.
Seperti diketahui, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan inti persoalan ini adalah jemaat Nasrani yang merasa terganggu dengan speaker masjid umat Muslim yang akan melakukan Shalat Ied. Umat Nasrani mengklaim suara speaker yang dipasang di tengah lapangan menggangu ketenangan umum.
Mereka meminta umat Muslim untuk membubarkan kegiatan Shalat Ied tersebut. Hal itu berujung pada perang mulut antara kedua kubu. Kelompok Nasrani kemudian melempari masjid dengan api hingga terbakar. Bukan saja itu, sejumlah kios dan rumah ikut terbakar.
Sementara menurut Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, “Harusnya kalau mereka tak setuju (shalat Idul Fitri), mereka lapor polisi. Tapi ini kan mereka layangkan surat terbuka dan kemudian mereka eksekusi dalam bentuk pelemparan batu kemudian teror pembakaran masjid.” (adibahasan/arrahmah.com)