BAGHDAD (Arrahmah.com) – Pembunuhan terhadap 13 warga Abu Ghraib akhir pekan ini menimbulkan banyak kekhawatiran bahwa Al Qaidah di Irak akan mengambil keuntungan antara penarikan pasukan AS dan ketidaksiapan pasukan Irak.
Pejabat keamanan Irak mengklaim pada hari Selasa (17/11), 13 warga ditembak mati pada hari Minggu oleh sejumlah orang bersenjata yang menyamar sebagai tentara Irak di dua desa di distrik Abu Ghraib, pinggiran Baghdad.
Serangan ini terjadi di wilayah yang pernah menjadi tempat Al Qaidah Irak mengumpulkan kekuatan untuk melawan AS .
Pakar keamanan mengatakan AQI, yang sementara ini masih sangat lemah, tampaknya akan mengambil keuntungan dari kondisi penjagaan keamanan negara tersebut yang sedang melemah.
“Saya melihat musuh mengambil kesempatan ketika kami mengatur ulang potongan-potongan puzzle ini,” kata John Nagl, presiden Center for a New American Security di Washington.
“Orang-orang Irak telah meminta penarikan mundur pasukan Amerika dan mereka telah meminta untuk memikul tanggung jawab keamanan sendiri. Sebetulnya kami masih bisa melakukan apapun bagi mereka jika mereka memintanya.”
Nagl, yang dikenal sebagai seorang perwira Angkatan Darat AS yang membantu perencanaan strategi kontra ‘terorisme’, mengatakan bahwa ia yakin AQI tidak lagi menjadi ancaman strategis sejak beberapa tahun yang lalu, tetapi bukan berarti tidak ada kerusakan yang cukup besar yang ditimbulkan di Irak.
“Serangan ini bagi saya adalah sebuah gambaran bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukan dan pasukan keamanan Irak masih terus membutuhkan bantuan kami, khususnya dalam aksi intelijen. Saya pikir, ada beberapa pihak yang menginingkan Irak berjalan sendirian, padahal mereka tidak memiliki semua kemampuan teknis yang mereka butuhkan untuk memenangkan perang ini.”
Sementara itu, di Ramadi, pejabat militer Amerika mengatakan AQI sedang melakukan regenerasi sel, dimana bulan lalu sebuah jembatan utama penghubung Yordania dan Suriah diledakkan.
Jenderal Ray Odierno, yang bertanggung jawab atas pasukan AS di Irak, mengatakan bahwa salah satu prioritas AS sebagai pasukan Amerika adalah untuk mencegah pemberontakan di beberapa daerah yang bermasalah.
Odierno akan mengumumkan pembentukan struktur keamanan bersama dengan Kurdi, Arab, dan pasukan AS di Irak utara yang dirancang untuk meredakan ketegangan di daerah-daerah tersebut dan untuk mencegah AQI dan kelompok lainnya mengambil keuntungan dari celah keamanan.
Rencananya, kesepakatan yang baru-baru ini disetujui oleh Perdana Menteri Nouri al-Maliki, akan mencakup patroli bersama oleh tiga kekuatan sebagai salah satu upaya untuk membangun kepercayaan masyarakat di daerah-daerah sepanjang perbatasan utara yang dikuasai suku Kurdi Irak. (althaf/almsl/ansr/arrahmah.com)