LEMBAH BEKAA (Arrahmah.com) – Seorang tentara Libanon telah memukuli pengungsi Suriah hingga meninggal dunia di Lembah Bekaa dekat perbatasan Suriah, aktivis lokal melaporkan pada Rabu (25/4/2018).
Tentara yang diidentifikasi sebagai Abudlatif Zaitouni telah memukuli Muhammad Abdul Jawad Wais (46) dengan tongkat di kepalanya. Ini adalah serangan kesekian kalinya yang dilakukan terhadap pengungsi Suriah yang dipicu diskriminasi dan kebencian.
Wais adalah ayah dari 8 anak. Dia melarikan diri dari kota perbatasan Qusayr, yang saat ini berada di bawah kendali milisi Syiah “Hizbullah”. Dia bekerja sebagai supir di sekolah perawat Libanon di kota Al-Sweiri, lansir Zaman Alwasl.
Aktivis Abu Muaz Al Homsi mengatakan korban kehilangan nyawanya setelah beberapa hari dirawat secara intensiv di rumah sakit.
Kejahatan tersebut terjadi di depan umum ketika Wais menghentikan mini bus nya untuk mengantarkan salah satu anaknya pulang ke rumah di jam-jam sibuk. Tentara keluar dari mobilnya dan mulai berteriak kepada pengemudi, Ketika dia tahu bahwa pengemudi tersebut adalah orang Suriah, dia kembali ke mobilnya dan membawa tongkat di mana ia memukul pria pengungsi tersebut berkali-kali di kepalanya, menurut Al-Homsi.
Menurut para aktivis, pengungsi Suriah di Libanon sering menjadi sasaran aksi rasis, termasuk penggerebekan di rumah mereka dan deportasi.
Human Rights Watch (HRW) pada Jum’at lalu mengecam pengusiran ratusan pengungsi Suriah dari tempat tinggal sementara mereka di Libanon.
“Setidaknya 13 kotamadya di Libanon telah menggusur paksa setidaknya 3.664 pengungsi Suriah dari rumah mereka dan mengusir mereka, tampaknya karena kebangsaan atau agama mereka,” HRW mengatakan dalam sebuah laoran yang diterbitkan Jum’at lalu.
“Sebanyak 42.000 pengungsi lainnya tetap beresiko mengalami penggusuran,” lanjut laporan tersebut.
Menurut laporan itu, HRW mewawancarai 57 pengungsi Suriah yang baru-baru ini terkena dampak penggusuran, serta pejabat kota dan ahli hukum.
“Dalam beberapa kasus, warga Suriah mengatakan otoritas [Libanon] menggunakan kekerasan untuk mengusir mereka.” (haninmazaya/arrahmah.com)