JEDDAH (Arrahmah.com) – Pekan lalu, rezim Saudi menawarkan kota Arab, Jeddah sebagai tempat pertemuan internasional anti-Islam, di mana ia mendesak untuk dideklarasikan perang salib baru melawan Muslim, tulis UmmaNews mengutip laporan sebuah berita oleh Arab News.
Sambil menawarkan semenanjung Rasulullah SAW untuk orang-orang kafir, pemimpin rezim Saudi, Abdullah mendesak Barat untuk mengembangkan “strategi komprehensif untuk memerangi terorisme”.
“Perang melawan terorisme (baca : Islam) adalah tanggung jawab internasional yang membutuhkan koordinasi tingkat tertinggi dan kerjasama antara anggota masyarakat internasional,” ujar sebuah pernyataan raja Saudi seperti yang dilansir Kavkaz Center.
Pesan Abdullah kepada penasehat pusat dewan “kontra-terorisme” PBB dibacakan oleh Menteri Luar Negeri, Pangeran Saud al-Faisal.
Menurut dia, rezim Saudi menegaskan bahwa itu dimaksudkan untuk bergabung dengan barisan orang-orang kafir dengan tujuan tunggal-menghapus gerakan islam global.
“Arab Saudi telah menekankan dalam beberapa kesempatan dan di forum-forum internasional, mengutuk dan mengecam ‘terorisme’ dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan telah mengumumkan kesiapan penuh untuk bergabung dengan upaya internasional (pada kenyataannya perang salib baru PBB) untuk memerangi ‘terorisme’,” ujar al-Faisal mengutip pernyataan raja Saudi.
Raja secara terbuka mengakui bahwa Saudi memberikan PBB segala bantuan yang memungkinkan untuk melawan Mujahidin.
“Sikap ini mencerminkan kebijakan kerajaan yang konsisten dan terus-menerus melawan ‘terorisme’ internasional dan pesertanya,” lanjut al-Faisal.
Raja Saudi menyebut Islam murni sebagai ancaman utama untuk “perdamaian dan keamanan”. Dia berterima kasih kepada PBB yang telah membentuk sebuah pusat “kontra-terorisme” di kota New York pada 19 September 2011 dalam merespon usulan yang disebut dengan “Konferensi Internasional Pemberantasan Terorisme” yang diselenggarakan di Ar-riyadh pada tahun 2005. Rezim Saudi juga telah mengalokasikan 10 juta USD untuk menciptakan pusat (center) untuk memerangi Islam.
Berterima kasih kepada Sekjen PBB, Ban Ki-moon untuk partisipasinya dalam pertemuan, raja Saudi menambahkan :
“Saya yakin bahwa kebijaksanaan, pengalaman dan kerja sama akan memberikan kontribusi bagi keberhasilan pertemuan itu.”
Menariknya, rezim Saudi yang secara luas dianggap sebagai “Wahabi” bertindak melawan “Wahabi” sebagai “teroris internasional” yang berperang melawan orang-orang kafir dan murtad di negeri-negeri kaum Muslimin, termasuk di Kaukasus.
Syeikh Abdul-Latif ibn Abdur Rahman ibn Hasan ash-Syeikh (semoga Allah mengasihinya) mengatakan dalam Ad-Durar Sanniyya (8/326), setelah berbicara tentang kewajiban memusuhi orang-orang kafir dan tidak bergabung dengan mereka dalam hubungan sangat dekat :
“Jadi apa yang bisa dikatakan mengenai mereka yang membantu mereka dan membawa mereka ke negeri-negeri Muslim, atau lebih suka kepada mereka yang beriman, memilih negeri mereka mencintai mereka dan mengharapkan kemenangan mereka? (konjungsi “atau” berarti bahwa jika seseorang melakukan hanya salah satu dari ini, maka sudah jelas posisinya dan ini merupakan kemurtadan yang jelas menurut pendapat bulat para ulama-KC).
Muhammad ibn Abd al-Wahhab mencantumkan sepuluh ketentuan yang menghapuskan seorang Muslim dari Islam dan mengatakan dalam urutan kedelapan : “Yang membantu dan mendukung kaum musyrik melawan Muslim, merujuk pada firman Allah : ‘Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka’. (Al Maidah : 51)”. (haninmazaya/arrahmah.com)