SURIAH (Arrahmah.com) – Sebuah kelompok pemantauan perang sipil Suriah mengatakan pada Selasa (17/3/2015) pasukan pemerintah rezim Nushairiyah meluncurkan serangan gas beracun yang membunuh enam orang di wilayah barat laut, dan petugas medis memposting video yang menampilkan anak-anak yang menderita sesak napas akibat serangan gas beracun tersebut.
Sebuah sumber militer Suriah malah mengklaim laporan serangan di desa Sarmin di provinsi Idlib ini sebagai propaganda. “Kami mengonfirmasi bahwa kami tidak akan menggunakan jenis senjata ini, dan kami tidak perlu menggunakannya,” kata sumber itu, sebagaimana dilansir WB.
Pemerintah diktator Presiden Bashar Assad sebelumnya juga telah mengelak tuduhan bahwa dia telah menggunakan senjata kimia terhadap daerah yang dikuasai pejuang perlawanan dalam perang yang telah berlangsung selama empat tahun ini. Sementara para pejabatnya tidak bersedia untuk berkomentar.
Sementara itu, sebuah pernyataan militer mengatakan puluhan “gerilyawan” tewas di daerah lain di provinsi Idlib semalam dalam sejumlah bentrokan dan serangan.
Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia, yang memantau konflik melalui jaringan sumber-sumber mereka, mengatakan enam orang yang tewas termasuk seorang pria, istri dan tiga anak-anak mereka. Observatorium mengutip sumber medis mengatakan mereka meninggal akibat gas dari bom barel yang dijatuhkan pada Senin (16/3) malam dan bahwa bahan kimia yang digunakan kemungkinan menyerupai klorin.
Puluhan lainnya luka-luka dalam serangan itu, ungkap Observatorium. Sementara belum ada pernyataan independen yang memverifikasi laporan tersebut.
Organisasi penyelamatan Pertahanan Sipil Suriah cabang Idlib, yang beroperasi di wilayah yang dikuasai pejuang perlawanan, membukukan tujuh video di YouTube, beberapa menampilkan situasi pada malam hari dan beberapa lainnya di sebuah pusat medis.
Salah satu video menunjukkan tiga anak-anak dan seorang wanita, semua tampak tak sadarkan diri, di sebuah pusat medis. Sebuah suara dalam video itu mengatakan nama desa, Sarmin, dan tanggal pada hari Senin.
“Salah satu bayi, baru berumur beberapa bulan,” kata suara seorang pria, terdengar gemetar, saat ia mendokumentasikan bayi pada brankar dengan cairan di sekitar mulutnya. Dua bayi lainnya dengan tubuh lemas menyusul dibawa ke dalam, satu bayi dibawa oleh seorang pria yang mengenakan masker gas dan satu pria lagi membawa seorang gadis cilik.
“Dia masih hidup dokter,” kata seorang pria yang memeriksa gadis itu. “Dokter, dokter, dia masih bernapas.”
Pertahanan Sipil Suriah mencakup lebih dari 2.000 relawan kemanusiaan, yang dikenal sebagai “White Helm” karena helm yang mereka kenakan, yang bekerja sebagai responden pertama di negara itu di mana infrastruktur medis telah rusak.
Video lain yang diposting oleh kelompok itu dan didokumentasikan pada malam hari menunjukkan seorang gadis yang sangat kecil, telanjang hanya mengenakan pakaian dalam dan sepatu merah muda, yang disiram cairan oleh relawan yang mengenakan helm putih.
Pertahanan Sipil Suriah mengatakan di Twitter sudah ada lebih dari 100 korban, termasuk relawan sendiri.
SERANGAN GAS DAMASKUS
Penyelidikan PBB mengklaim pada akhir 2013 bahwa gas sarin kemungkinan telah digunakan di beberapa distrik yang dikuasai kelompok perlawanan di ibukota Suriah Damaskus pada bulan Agustus tahun 2013, di mana ratusan orang tewas.
Penyelidikan itu hanya mencari tahu apakah senjata kimia telah digunakan, bukan mencari tahu siapa yang menggunakannya. Pemerintah dan pihak pejuang perlawanan masing-masing saling menuduh satu sama lain telah menggunakan senjata kimia selama perang sipil yang telah menewaskan 200.000 orang di sana. Kedua belah pihak menyangkalnya.
Assad juga pernah mengklaim seakan setuju dengan Amerika Serikat dan Rusia untuk membuang senjata kimianya setelah ratusan orang tewas akibat gas sarin di pinggiran ibukota.
Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia pun mengklaim mereka memiliki “bukti kuat” bahwa gas klorin digunakan di desa-desa yang dikuasai pejuang perlawanan di Suriah utara tahun lalu. Namun mereka tidak mengatakan siapa yang melakukan serangan itu.
Sementara Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan pada Selasa (17/3) bahwa Perancis dan Inggris “masih terlibat dalam kebijakan yang melibatkan Uni Eropa dalam agresi yang sedang berlangsung terhadap Suriah.”
Bagaimanapun, aktivis oposisi telah melaporkan banyaknya serangan klorin selama tahun lalu, yang mereka katakan jelas terjadi ketika tabung peledak dijatuhkan dari helikopter militer.
Khaled Khoja, presiden oposisi Koalisi Nasional, menyalahkan Assad pada Selasa (17/3) atas serangan terbaru yang dilaporkan: “Diktator psikopat terus membunuh dengan bahan kimia dan menantang hukum internasional.”
Hamish de Bretton-Gordon, seorang ahli senjata biologi dan kimia, mengatakan ada beberapa serangan bom klorin dalam beberapa hari terakhir di daerah itu.
“Pada tampilannya, video serangan ini tampak asli. Sementara klorin sendiri tidak langsung mematikan, itu merupakan [senjata yang] sangat efektif digunakan sebagai senjata teror, pertama di Suriah dan sekarang di Irak. [Klorin] itu membunuh tiga anak-anak, yang masih terlalu kecil untuk bisa menyelamatkan diri setelah serangan.”
(banan/arrahmah.com)