MOGADISHU (Arrahmah.com) – Pengungsi internal di Somalia menderita kekerasan seksual dan bentuk-bentuk pelecehan lainnya, menurut laporan Human Rights Watchs (HRW) seperti dilansir BBC (27/3/2013).
Pelecehan dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata termasuk pasukan boneka Somalia.
Dalam laporan tersebut, perempuan yang melarikan diri dari kelaparan dan konflik mengalami pemerkosaan di kamp-kamp pengungsian di ibukota Somalia, Mogadishu.
Manajer kamp-yang sering bersekutu dengan militan bayaran pemerintah-sering merampas makanan dan bantuan lain, lanjut laporan HRW.
HRW mengatakan bahwa meskipun pemerintah Somalia baru telah berkuasa sejak September tahun lalu dan mengumbar pernyataan-pernyataan yang mengesankan, mereka hanya melakukan tindakan yang sedikit untuk mengubah situasi di lapangan.
“Temuan kami menunjukkan bahwa orang-orang di kamp-kamp pengungsian sering menjadi tawanan,” ujar David Mepham, direktur HRW Inggris.
“Mereka tidak benar-benar bisa pergi. Para penjaga pintu gerbang yang mengontrol kamp sangat kasar.”
“Mereka menyedot beberapa bantuan internasional yang ditujukan untuk orang-orang di dalam kamp, mereka yang dalam banyak kasus berada dalam kesulitan yang serius dan benar-benar memerlukan bantuan.”
Laporan berjudul “Hostage of the Gatekeepers” berfokus pada orang-orang yang telah melarikan diri dari kamp pengungsian sejak tahun 2011 silam.
Menjalankan kamp pengungsian menjadi begitu menguntungkan, ujar HRW. Para manajer yang menjadi penjaga gerbang, menolak untuk membiarkan pengungsi pergi dari kamp itu.
Beberapa pelecehan terburuk melibatkan kekerasan seksual terhadap perempuan yang takut melaporkan kasusnya karena khawatir akan adanya pembalasan.
Laporan termasuk kisah mengerikan yang dialami oleh perempuan yang kerap kali diperkosa, ia bernama Quman berusia 23 tahun. Ia mengatakan bahwa ia tengah hamil sembilan bulan saat tiga pria berseragam tentara pemerintah memperkosanya.
Wanita lainnya, Safiyo, harus diamputasi kakinya setelah dia diperkosa dan ditembak.
Kekerasan seksual tidak pernah diungkap dan dilaporkan karena para perempuan takut pembalasan. (haninmazaya/arrahmah.com)