BANGKOK (Arrahmah.com) – Sebuah berita melaporkan bahwa empat muslim di Pattani ditembak mati oleh tentara musyrik Thailand pada hari Ahad lalu (29/1/2012), karena dicurigai sebagai “separatis”.
Namun fakta yang sebenarnya adalah lima muslim telah meninggal akibat penembakan tersebut, yang termuda adalah berusia 18 tahun dan yang tertua berusia 70 tahun.
Tentara musyrik mengklaim bahwa mereka yang ditembak melakukan serangan dengan senjata dari truk mereka, padahal faktanya bahwa mereka (muslim) tidak memiliki senjata apapun, dan senjata yang dikatakan tentara musyrik adalah dusta, tentara musyrik lah yang melemparkan M16 ke truk mereka, sehingga terlihat seperti muslim yang berada di truk itu melakukan perlawanan dan pertahanan diri dengan senjata.
Ini bukan hal yang baru yang dilakukan di tentara musyrik Thailand. Mereka telah membunuh Ulama dan guru-guru Muslim dalam dekade terakhir ini, menggunakan taktik mengatakan bahwa Mujahidin bertanggung jawab dalam pembunuhan itu. Adalah tidak logis bagi mujahidin untuk membunuh para ulama dan guru-guru Muslim.
Pembunuhan tersebut telah menyebabkan kemarahan kaum muslimin dan kelompok hak asasi di Thailand.
Petinggi Militer Thailand menolak meminta maaf atas kejadian tersebut bahkan akan mempertahankan serangan semacam itu, jadi adalah bohong berita terkait bahwa tentara musyrik Thailand meminta maaf atas insiden keji itu.
Kementrian Thailand meminta maaf setelah kejadian itu menyebabkan kemarahan umat Islam di negaranya, “Jika petugas kami yang sebenarnya bersalah, mereka harus menghadapi tuduhan dan meminta maaf,” kata Wakil Perdana Menteri Yuthasak Sasiprapha, pensiunan jenderal, menurut laporan Reuters.
Dia menambahkan bahwa kompensasi dan keadilan akan diberikan kepada keluarga korban.
Tentu saja penembakan yang disengaja itu tidak dapat diganti hanya dengan kata maaf dan kompensasi.
Umat muslim adalah kaum minoritas di Thailand, hanya sekitar 5% dari jumlah penduduk, dimana mayoritas agama penduduknya adalah Budha.
Muslim di Thailand telah lama mengeluhkan diskriminasi terhadap mereka. Mereka juga menginginkan kurikulum pendidikan di negara itu yang Budhis-sentris diganti dengan kurikulum yang islami.
Pattani, Yala dan Narathiwat adalah satu-satunya provinsi mayoritas Muslim di Thailand dan disana ada kesultanan Muslim yang independen sampai akhirnya dianeksasi satu abad yang lalu.
(siraaj/arrahmah.com)