CANBERRA (Arrahmah.com) – Seorang kritikus Islam terkemuka di dunia internasional, Ayaan Hirsi Ali (47), mendesak warga Australia untuk memboikot makanan bersertifikat halal sehingga mereka tidak mendanai sekolah-sekolah Islami, masjid, dan propaganda Islam, lansir Daily Mail Australia pada Selasa (11/7/2017).
Hirsi Ali, seorang penulis kelahiran Somalia yang sekarang tinggal dengan pengawal pribadi di Amerika Serikat, mengatakan bahwa sertifikasi halal adalah contoh dari kampanye Islamisasi Barat, yang diklaimnya merupakan bagian dari strategi politik bernama ‘dakwah’.
“Saya akan melakukan boikot – semua makanan halal,” katanya kepada Daily Mail Australia dari lokasi yang tidak diketahui di AS.
“Tidak adil bagi Muslim dan non-Muslim untuk menjadi korban skema pemasaran yang digunakan terutama untuk mendukung ideologi yang melanggar hak-hak manusia,” klaimnya.
Penulis, yang ingin sekolah Islami di Australia ditutup, mengatakan makanan dan daging bersertifikat halal yang disembelih sesuai dengan tradisi Muslim perlu diberi label yang lebih jelas.
“Jika saya kira saya sedang mendanai dakwah Islam, saya tidak akan membeli produk tertentu,” katanya.
Hirsi menargetkan Federasi Dewan Islam Australia yang mendanai Sekolah Islam Malek Fahd di barat daya Sydney. Kelompok ini juga mengenakan biaya sertifikasi halal untuk merek seperti Vegemite [produsen barang supermarket populer di Australia], sereal sarapan Kellogg, dan cokelat Cadbury.
Mantan anggota parlemen federal di Belanda ini juga mendukung usulan pemerintah Australia untuk mengenakan undang-undang atas migran terkait mutilasi alat kelamin perempuan dan pernikahan di bawah umur.
Hirsi mengecam kritikus sayap kiri yang berpendapat bahwa rencana pemerintah Turnbull menargetkan Muslim.
“Siapa pun yang ingin datang ke Australia akan berpikir dua kali untuk terlibat dalam praktik ini sehingga dalam hal ini, kelompok kiri sama sekali salah,” katanya.
Hirsi adalah mantan pengungsi yang diberi suaka di Belanda pada tahun 1992 karena melarikan diri dari sebuah pernikahan yang telah diatur. Ia pun keluar dari Islam dan menjadi seorang atheis. Ia menghabiskan masa kecilnya di Somalia, Kenya, dan Arab Saudi.
Menurutnya multikulturalisme telah gagal dan ia mendesak Australia untuk menahan diri untuk menerima Muslim yang mencari suaka.
“Kaum kiri juga salah karena gagal mengakui bahwa ideologi multikulturalisme telah gagal dan nilai-nilainya tidak sama,” katanya.
“Saya percaya bahwa nilai dan hukum nasional Australia lebih unggul dari sistem Syariah.”
“Sudah saatnya sekarang bahwa Australia dan negara-negara Barat lainnya mengatakan kepada Muslim dan non-Muslim mengenai apa hukum dan nilai-nilai ini [Syariah, Red.-].” (althaf/arrahmah.com)