DAMASKUS (Arrahmah.com) – Oposisi pro-Barat, yang diwakili oleh Jenderal Salim Idris yang merupakan ketua dewan militer oposisi Suriah di Turki, menyatakan siap bergabung dengan pasukan rezim di masa depan untuk mengusir Mujahidin yang terkait dengan Al Qaeda yang telah mengambil alih wilayah yang sangat luas yang dahulunya mereka kuasai.
Salim Idris, yang mengaku sebagai komandan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) memperingatkan khususnya kepada Mujahidin Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS), dengan ribuan pejuang asing dalam jajarannya, “sangat berbahaya” bagi masa depan Suriah dan menurutnya perlu dikonfrontasikan sebelum menjadi lebih kuat, lansir Independent (4/12/2013).
Badan-badan keamanan Barat meyakini bahwa Suriah kini menjadi ancaman paling ampuh bagi Eropa dan Amerika Serikat di mana ratusan Muslim telah bergabung melakukan Jihad. Salah satu pejabat senior intelijen Barat menekankan bahwa pasukan rezim Suriah harus dipertahankan untuk pertempuran terdepan melawan pejuang Islam.
Pejabat oposisi itu menambahkan bahwa pembicaraan antara rezim dan oposisi (sekuler) yang akan dilakukan di Jenewa pada Januari mendatang bisa menjadi awal dari pembentukan front anti-al Qaeda di Suriah bersama dengan kesepakatan negosiasi mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Berbicara di Istanbul, Idris mengatakan ia dan rekan-rekannya menjatuhkan prasyarat bahwa Bashar al-Assad harus meninggalkan kekuasaan sebelum pertemuan Jenewa berlangsung. Padahal sebelumnya, mereka menggebu-gebu menyatakan Assad harus mundur dari kekuasaan.
Perlu diketahui, bahwa jabatan Salim Idris yang disebut-sebut sebagai komandan FSA bahkan tidak diakui oleh kelompok-kelompok Mujahidin dalam negeri Suriah -yang tergabung dalam Jaisyul Hurr atau FSA.
Hanya ada 2 kelompok FSA yang sejauh ini terbukti bekerja sama dengan Barat, yaitu brigade Ahfad Ar-Rasul dan Ashifatu Asy-Syimal, seperti dikatakan jubir resmi ISIS dalam sebuah pernyataan. Sementara yang lainnya, memiliki hubungan baik dengan Mujahidin ISIS dan Jabhah Nushrah yang terkait dengan Al-Qaeda, bahkan di antara mereka saling bahu-membahu di medan pertempuran.
Saat ini, Mujahidin telah menguasai wilayah yang luas di provinsi Idlib dan Aleppo. Terkait Mujahidin ISIS, diperkirakan jumlah Mujahidin non-Suriah yang berada dalam jajaran ISIS mencapai 5.500 orang serta 2.000 pejuang yang merupakan warga asli Suriah. Selain itu, terdapat 15.000 orang yang memberikan dukungan kepada kelompok itu. Allahu Akbar!(haninmazaya/arrahmah.com)