GAZA (Arrahmah.com) – Dua warga Palestina tewas dalam serangan udara “Israel” di dekat pagar perbatasan Gaza di Jalur Gaza selatan, ujar kementerian kesehatan.
Kedua korban diidentifikasi sebagai Ibrahim Al-Najjar dan Mohammed Khidr, mereka dilarikan ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis setelah jenazah mereka dievakuasi pada Senin (17/9/2018) malam oleh petugas Bulan Sabit Merah, lansir Al Jazeera, Selasa (18/9).
Dalam sebuah pernyataan, tentara pendudukan “Israel” mengklaim mereka menargetkan sekelompok “teroris” yang terlihat di dekat pagar perbatasan, tengah melakukan tindakan “mencurigakan”.
“Sebuah pesawat menyerang ‘teroris’ yang mendekati pagar di Jalur Gaza selatan yang tengah melakukan tindakan ‘mencurigakan’ dan menanam objek yang mencurigakan di sepanjang daerah itu,” klaim militer “Israel”.
Menurut kementerian kesehatan Palestina, setidaknya 26 warga Palestina ditembak selama aksi protes pada Senin (17/9).
Warga Palestina telah menggelar aksi unjuk rasa di sepanjang pagar perbatasan di Jalur Gaza sejak Maret lalu, menyeru hak mereka untuk kembali ke rumah dan mengakhiri blokade 11 tahun oleh “Israel”. Sedikitnya 170 warga Palestina telah dibunuh dalam aksi unjuk rasa tersebut, dan 18.000 lainnya mengalami luka-luka.
Sementera itu di Tepi Barat, Mohammed Al-Rimawi (24) meninggal dunia pada Selasa (18/9) pagi setelah dia ditangkap oleh tentara “Israel”. Keluarganya menuduh tentara menyiksanya hingga tewas.
Saudara Rimawi mengatakan kepada AFP bahwa tentara menggerebek rumah mereka pada Selasa dini hari.
“Mereka memasuki kamar Mohammed ketika dia sedang tidur dan mereka memukulinya dengan kasar dan kami mendengar teriakan,” ujarnya kepada AFP.
“Setelah beberapa saat, dia terdiam dan tentara membawanya keluar.”
Tidak lama setelah penangkapan, tentara “Israel” memberi tahun kantor koordinasi keamanan Palestina tentang kematiannya.
Kelompok hak tawanan Palestina Addameer mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “Israel” bertanggung jawab atas kematian dalam tahanan dan meminta PBB untuk menyelidikinya.
“Kasus ini merupakan kelanjutan dari kebijakan pendudukan yang menggunakan kekuatan berlebih dalam penangkapan orang-orang Palestina,” ujarnya.
“Kematian Mohammed adalah akibat langsung dari penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap warga sipil, yang bertentangan dengan hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional.” (haninmazaya/arrahmah.com)