HAMA (Arrahmah.com) – Pasukan keamanan rezim Suriah menyerang jantung kota protes anti-Assad, mengelilingi rumah sakit besar dan mencegah korban terluka untuk mencapai gedung.
Setidaknya 100 orang dilaporkan telah tewas pada Mingu (31/7/2011) ketika tentara rezim Suriah melancarkan penumpasan terbaru terhadap pendemo anti-pemerintah di Hama. Pusat protes menjadi sasaran utama, di mana pada tahun 1980-an pernah terjadi peristiwa serupa saat ayah dari Presiden Bashar al Assad memegang kekuasaan.
“Hama digunakan untuk pembantaian massal oleh keluarga Assad, tapi kami katakan ini kepada tiran, semakin banyak kalian membunuh, kami semakin bertekad menggulingkan Anda,” ujar seorang aktivis yang tidak ingin disebutkan namanya kepada DPA melalui sambungan telepon.
Pada tahun 1982, tindakan keras pemerintah menyebabkan kematian rakyatnya sendiri hingga 20.000 orang di kota Hama, ketika penduduk mencoba memberontak kepada presiden Hafez Assad dari sekte minoritas Alawite.
Pada Minggu (31/7), tank menyerbu kota pada fajar, penembakan dilakukan di berbagai pemukiman berbeda. Listrik dan pasokan air ke daerah-daerah utama diputus sebelum serangan dimulai, kata Omar Idlibi, seorang aktivis Suriah yang berada di Lebanon.
Pasukan mengepung salah satu rumah sakit besar untuk mencegah korban luka mencapai rumah sakit itu. Lebih dari 100 orang terluka dalam serangan.
Para aktivis juga mengatakan bahwa empat bus berisi personil militer tiba di pintu masuk selatan Hama, yang terletak sekitar 200 Km dari utara Damaskus.
Aktivis yakin bahwa serangan kemarin merupakan penentu pertempuran melawan rezim berkuasa.
“Tindakan keras adalah cara memberitahu demonstran bahkan jika Ramadhan dimulai mereka akan terus membunuh Anda jika pergi ke jalan,” ujar Idlibi.
“Tapi kami memberitahu mereka kami akan terus dan tidak akan berhenti apapun yang Anda gunakan pada kami.”
Seorang aktivis menulis di sebuah halaman Revolusi Suriah bahwa “jika kampanye ini gagal mencapai tujuannya, akan menandai awal dari akhir untuk rezim.”
Pada Jumat (29/7), para pendemo berjanji bahwa protes anti-pemerintah akan dilakukan setiap malam selama Ramadhan dan terus berlangsung hingga subuh.
Kelompok HAM mengatakan bahwa lebih dari 1.500 warga sipil telah meninggal dunia sejak aksi protes menyerukan penggulingan presiden Bashar Assad dimulai pada pertengahan Maret tahun ini. Lebih dari 350 personil keamanan juga dilaporkan tewas.
Di kota Harak selatan, di provinsi Daraa, beberapa orang termasuk seorang gadis kecil telah gugur setelah pasukan keamanan rezim menyerbu kota. (haninmazaya/arrahmah.com)