BEIRUT (Arrahmah.com) – Sedikitnya 2300 warga muslim gugur akibat penyiksaan biadab dalam penjara-penjara rezim Nushairiyah Suriah sejak meletusnya revolusi rakyat pada Maret 2011, Jaringan Suriah untuk Hak-hak Asasi Manusia (SNHR) melaporkan pada Senin (15/4/2013).
Angka itu termasuk 80 anak, 25 wanita, dan 51 orang berusia di atas 60. Hanya 5 persen dari semua korban adalah pemberontak bersenjata, laporan SNHR tersebut menambahkan, dikutip oleh harian Lebanon The Daily Stars.
Tingkat pembunuhan akibat penyiksaan oleh rezim Nushairiyah Suriah meningkat, SNHR mengatakan, menyatakan bahwa Maret 2013 menyumbang angka tertinggi, dengan rata-rata lima kematian setiap hari akibat penyiksaan oleh pasukan Nushairiyah.
Jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, SNHR menambahkan, sebagai “ada penjara menyiksa orang sampai mati dan kemudian membuang mayat-mayat … di lahan kosong atau sungai.”
Laporan SNHR juga merinci metode mengerikan penyiksaan fisik dan psikologis yang dikatakan sedang digunakan di penjara rezim Nushairiyah Suriah, termasuk pemerkosaan, siksaan listrik, menggantung dan penyaliban.
Jumlah terbesar korban berada di propinsi Homs, sebanyak 573 warga sipil muslim, dan kemudian propinsi Dara’a, di mana revolusi rakyat Suriah dimulai, dengan 360 kematian warga sipil muslim dalam penjara rezim.
SNHR menyerukan kepada PBB untuk menyelidiki laporan tersebut, dan membawa pihak-pihak yang bersalah ke Mahkamah Pidana Internasional, dan mendesak Liga Arab untuk menekan sekutu utama rezim Suriah, yaitu Rusia, Iran dan Cina, untuk mempertimbangkan kembali dukungan mereka terhadap rezim Assad. (muhibalmajdi/arrahmah.com)