GAZA (Arrahmah.id) – Hamas dan anggota biro politiknya, Khalil al-Hayya mengatakan bahwa mereka menyetujui usulan mediator mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Al-Hayya menekankan bahwa proposal tersebut mencapai tujuan yang diinginkan rakyat Palestina, dan menjelaskan bahwa keputusan sekarang ada di tangan pendudukan ‘Israel’.
Sebelumnya, Hamas mengatakan bahwa kepala biro politiknya, Ismail Haniyeh, melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel, memberi tahu mereka tentang persetujuan kelompok tersebut terhadap proposal gencatan senjata.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, al-Hayya mengatakan bahwa usulan yang disetujui G-30-S berasal dari mediator setelah masa perundingan yang dimulai Maret lalu.
Dijelaskannya, usulan tersebut meliputi tiga tahap yang masing-masing tahap berlangsung selama 42 hari. Hal tersebut termasuk penarikan total dari Jalur Gaza, pemulangan pengungsi tanpa syarat dan kesepakatan pertukaran tahanan.
Al-Hayya menunjukkan bahwa tahap pertama akan mencakup gencatan senjata sementara, penghentian operasi militer oleh kedua belah pihak, penarikan pasukan pendudukan dari daerah padat penduduk ke daerah di sepanjang jalur yang memisahkan Jalur Gaza dan wilayah pendudukan lainnya selain menghentikan pengintaian ‘Israel’ pada jam-jam tertentu.
Pengembalian Pengungsi Tanpa Syarat
Pemimpin Hamas menekankan bahwa perjanjian tersebut menetapkan pemulangan tanpa syarat bagi para pengungsi ke tempat tinggal mereka di seluruh wilayah Jalur Gaza, serta rincian mengenai upaya bantuan dan penerapan semua persyaratan Jalur Gaza, termasuk makanan, tempat berlindung dan perumahan sementara.
Dalam konteks ini, Al-Hayya menjelaskan bahwa proses rekonstruksi akan diawasi oleh Mesir, Qatar dan organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga rencana yang diperlukan dikembangkan pada tahap pertama dan dukungan yang diperlukan dikumpulkan, hingga implementasi dimulai pada tahap pertama.
Terkait pertukaran tahanan, Al-Hayya mengatakan akan dilakukan dalam tiga tahap, pertama pertukaran warga sipil dan sisa perempuan ‘Israel’ di Jalur Gaza, selain tentara ‘Israel’, anak-anak di bawah usia 19 tahun, orang dewasa berusia lebih dari lima puluh, dan tahanan yang sakit.
Dia menunjukkan bahwa untuk setiap tentara wanita ‘Israel’, 50 tahanan di penjara ‘Israel’, 30 hukuman seumur hidup dan 20 hukuman berat, akan dibebaskan, dan gerakan Hamas akan memberikan daftar nama mereka.
Ketenangan Berkelanjutan
Al-Hayya menekankan bahwa negosiasi penting para tahanan akan dimulai pada tahap kedua.
Ia menambahkan, gencatan senjata akan diumumkan langsung pada tahap ketiga, atau yang dalam proposal disebut sebagai kembalinya ketenangan berkelanjutan (penghentian operasi militer dan permusuhan secara permanen) dan harus diumumkan sebelum pertukaran tahanan militer dan pertukaran sisa tahanan di Jalur Gaza.
Mengenai jaminan tersebut, al-Hayya mengatakan bahwa para mediator memberi tahu mereka bahwa ada jaminan Amerika, dan bahwa Presiden AS Joe Biden jelas berkomitmen untuk memastikan implementasi perjanjian tersebut.
Selain itu, Mesir juga akan berperan sebagai penjamin bahwa perang tidak akan terjadi lagi.
Al-Hayya mengatakan bahwa gerakan tersebut fleksibel dan memberikan konsesi untuk mengakhiri perang brutal ‘Israel’ dan memungkinkan pertukaran tahanan. (zarahamala/arrahmah.id)