Jamal Ma’ruf, pemimpin brigade Syuhada Suriah, salah satu kelompok Tentara Pembebasan Suriah (FSA) tak meninggalkan shalat lima waktu meskipun sedang berada di tengah-tengah pertempuran sengit, tembakan dan pemboman tak membuatnya melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim.
Sebelumnya, ia adalah seorang pekerja bangunan di Libanon, sebelum hijrah ke Suriah pada Maret 2011 untuk bergabung dalam jihad bersama kaum Muslimin Suriah. Ketika disebut namanya, orang-orang mengatakan bahwa ia adalah orang pertama yang berhasil menembak jatuh jet tempur MiG milik pasukan rezim Bashar Assad, demikian informasi yang diliput oleh tim situs Al Arabiya.
Di Suriah, setiap orang terancam nyawanya. Tetapi Ma’ruf tidak peduli, ia mengemudikan mobilnya menuju Aleppo untuk memeriksa tempat-tempat di mana terjadi pertempuran berdarah melawan pasukan rezim.
Di pinggiran Aleppo, salah satu tempat yang ditemukan adalah gudang penyimpanan Khan Toman yang berisi sejumlah besar amunisi yang bernilai jutaan dolar. Belum lama ini, mujahidin berhasil menguasai tempat ini, tetapi tak lama pasukan rezim membomnya hingga hancur.
Mujahidin mengakui bahwa mereka kekurangan persenjataan, mereka menembak pesawat-pesawat rezim dengan senjata sederhana. Hal ini adalah bantahan bagi propaganda Barat yang mengatakan bahwa Barat memasok senjata untuk “membantu” para mujahidin Suriah.
“Sekarang kami hanya memiliki senapan dan sejumlah amunisi. Kami butuh banyak senjata lainnya. Kami ingin amunisi, senjata berat, mortir, dan lain-lain… Kami menyerang pesawat-pesawat itu dengan senapan,” ujar Youssef, seorang komandan sebuah batalyon.
Meskipun mujahidin bertempur dengan keyakinan kuat dan tak segan membunuh pasukan musuh, mereka masih berlaku lemah lembut terhadap tawanan. Mahmoud, seorang mantan tentara rezim, ditangkap oleh mujahidin pada saat pertempuran. Ma’ruf menawarkan kepadanya untuk bergabung dengan FSA atau kembali ke rumahnya dan hidup bersama keluarganya. Namun Mahmoud merasa lelah dengan pertempuran, sehingga memilih opsi kedua.
Ma’ruf, sebagai salah satu pejuang yang aktif dalam pertempuran, meyakinkan kepada warga Suriah dan dunia bahwa belum pernah ada warga sipil Alawiyah yang dibunuh. Mujahidin tidak menargetkan warga sipil, meskipun mereka orang-orang Syiah Alawiyah.
“Kami belum pernah membunuh orang-orang (sipil) Alawiyah. Desa Al-Fawaa, di provinsi Idlib, adalah desa Syiah, dan tetapi kami tidak pernah menyerbu desa ini atau membunuh anak-anak mereka,” katanya.
Meskipun mujahidin bertempur dengan senjata seadanya, tetapi itu tidak membuat mereka patah semangat. Karena mereka yakin akan pertolongan Allah. Mereka berperang dalam keadaan sadar bahwa, hari ini mereka masih hidup, tetapi esok mungkin mereka termasuk orang-orang yang gugur. Hidup mulia atau mati syahid. (siraaj/arrahmah.com)