Inilah para militan yang telah didanai dan dilatih oleh negara teroris Amerika Serikat, di mana hampir satu juta USD telah dihabiskan oleh AS untuk menyediakan peralatan militer dan melatih mereka.
Militan pro-AS, Abu Iskander adalah salah satu dari hanya 54 militan yang disebut pejuang “moderat”, yang dilatih secara mahal dan dilengkapi dengan senjata baru yang mewah.
Dia dan rekan-rekannya dikenal dengan Tentara Baru Suriah, merupakan bagian penting dari upaya AS untuk melawan ISIS dan kelompok lain yang tidak didukung dan mendukung Barat. Namun ada kekhawatiran bahwa mereka tidak cukup untuk melakukan perlawanan.
AS ingin skema pelatihan dan perlengkapan terhadap pasukan bayarannya untuk membantu menciptakan kekuatan moderat yang lebih baik, disiplin, untuk melawan “radikal Islam” di lapangan.
Dalam wawancara pertama dengan Tentara Baru Suriah oleh CNN, Abu Iskander menghimbau AS untuk mempercepat skema, dari 70 militan lainnya agar bisa lulus dengan cepat.
“Hampir 17.000 orang Suriah ingin bergabung, tetapi pelatihan ini sangat lambat,” klaim Abu Iskander.
“Kami butuh lebih cepat, 30 hari bukan 45 hari. Lebih banyak yang dilatih, misalnya pelatihan kami di Yordania hanya 85 orang, seharusnya 500 di sana dan 500 lainnya di Turki.”
“Kami berterima kasih tetapi kami butuh lebih cepat.”
Senjata canggih, resiko besar
Berbicara melalui Skype dari wilayah Suriah, ia memberi CNN tampilan eksklusif foto-foto anggota tim dan senjata langka dan canggih yang diberikan kepada mereka melalui program AS.
Setidaknya 5 dari lulusan program AS ini telah ditangkap oleh Mujahidin Jabhah Nushrah setelah bentrokan di sebuah wilayah di Suriah. Tidak jelas berapa banyak dari mereka yang telah ditangkap, hanya selang beberapa hari setelah tim memasuki Suriah setelah pelatihan mereka.
Abu Iskander mengklaim bahwa unit mereka lebih kecil dan kelompok lain yang menahan rekan mereka (Jabhah Nushrah) memiliki kekuatan lebih besar.
Insiden itu mengungkapkan bahwa hanya 40 anggota yang tetap bersama-sama sedang sianya tersebar di wilayah Suriah. Beberapa tahanan telah dibebaskan oleh Jabhah Nushrah.
Meskipun rekan-rekannya ditangkap, antusiasme Abu Iskander tidak berkurang dan tetap yakin dengan program AS.
“Program ini adalah mimpi,” ujarnya. “Kami sejak awal revolusi menuntut Tentara Pembebasan Suriah (FSA) untuk dilengkapi. Kami tidak sektarian, kami ingin melengkapi tentara dan memperkuatnya untuk mengakhiri kekuatan gelap ini-pejuang ‘radikal’.”
Abu Iskander menyatakan bahwa telah banyak yang ia kerjakan untuk memimpin AS dalam melakukan serangan udara, menjelaskan bagaimana kontaknya dengan Amerika mampu melacak gerakannya menggunakan perangkat GPS di pergelangan
tangannya dan rompi lapis bajanya.
“Saya pergi ke garis depang melawan ISIS, dan saya memberikan lokasi untuk pesawat tempur untuk mengebom,” ujarnya. “Kami telah mengembangkan perangkat komunikasi menggunakan satelit yang dapat menargetkan dari lokasi mana pun.”
“Pesawat tanpa awak diterbangkan setiap harinya dan mereka berada di langit ketika saya berbicara dengan Anda sekarang. Saya berbicara dengan orang Amerika setiap jam, total empat jam sehari.”
Fokus dari program AS ini untuk melawan ISIS dan kelompok lain yang tidak disuka oleh AS yang tengah berjuang melawan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Al-Assad di Suriah.
Namun Abu Iskander dan anak buahnya mengklaim bahwa mereka juga memerangi rezim.
“Aturan kedua dalam proyek pelatihan adalah bahwa kami melawan siapa saja yang memerangi kami,” ujarnya.
“Rezim Assad memerangi kami, kami akan mengontrol daerah baru dari ISIS dan kami akan menghadapi Assad, dapatkah kita duduk-duduk tanpa memerangi Assad?”
“Membuat zona larangan terbang di Suriah, maka kami tidak akan melarikan diri ke Eropa (sebagai pengungsi), tetapi kami tetap akan tinggal di rumah. Kami tidak ingin menangis (sebagai korban) di layar TV Anda, kami ingin menghentikan rezim Assad,” lanjutnya mengklaim.
Kolonel Patrick Ryder, juru bicara militer AS untuk Komando Sentral CENTCOM, menolak untuk mengonfirmasi apakah Abu Iskander adalah anggota Tentara Baru Suriah dengan dalih “sebagai masalah kebijakan”.
“Koalisi tidak tetap berhubungan dengan elemen Tentara Baru Suriah yang telah lulus dari program ini, yang telah menyatakan keinginan mereka untuk melanjutkan perang melawan ISIS,” klaimnya, menambahkan bahwa mereka telah dilengkapi dengan dukungan untuk melindungi mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)