Arrahmah.com – Bagi Kristen HKBP dan aktivis liberal, insiden Ciketing 12 September 2010 adalah berkat tersendiri. Bentrokan fisik antara ratusan jemaat HKBP dengan belasan warga muslim di kelurahan Mustika Jaya Bekasi yang mengakibatkan tertusuknya jemaat HKBP Hasian Sihombing itu menjadi komoditi untuk mendiskreditkan umat Islam. Mereka mengabaikan fakta bahwa dalam insiden itu para warga muslim juga menjadi korban luka dikeroyok jemaat.
Selama empat bulan sejak peristiwa itu, secara Spartan media Kristen mengangkat tema intoleransi umat Islam. Perhatikan tajuk media Kristen: “Hentikan Langkah Kelompok Intoleran” (tabloid Reformata edisi Oktober 2010), “Nasib Gereja Makin Terancam” (majalah Spektrum edisi November 2010), “Intoleransi Pada Umat Kristen Meningkat” (majalah Narwastu edisi November 2010), “Kaum Minoritas Kehilangan Tempat” (tabloid Zaitun edisi 55), dll.
Insiden Ciketing dieksploitasi sedemikian rupa untuk menarik simpati dunia, seolah-olah mereka adalah kaum yang tertindas, terzalimi dan terintimidasi di negeri mayoritas Muslim ini. Insiden itu bahkan dipolitisir secara resmi oleh ephorus HKBP untuk mencabut Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 8 dan 9 tahun 2006 tentang Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadah. Sementara akar masalah yang sesungguhnya mereka tutup rapat-rapat, misalnya, pemalsuan tandatangan warga dan manipulasi fotokopi KTP warga Muslim dalam proses perizinan gereja HKBP. Kasus suap Rp 100.000 hingga 1 juta rupiah yang dikucurkan HKBP untuk satu buah foto copy KTP pun tak disinggung-singgung.
Namun, sepandai-pandai HKBP menutupi fakta, akhirnya terbongkar juga. Akhir November 2010, International Crisis Group (ICG) merilis laporan berkode “Asia Briefing N°114” yang sangat mengejutkan. Secara blak-blakan, lembaga yang bermarkas di Brussels Belgia ini memublikasikan hasil investigasi yang panjang dari berbagai sumber bahwa akar masalah di balik insiden Ciketing itu adalah maraknya gerakan kristenisasi di Bekasi yang sebagian didanai dari luar negeri.
Dalam laporan berjudul “Indonesia: ‘Christianization’ and Intolerance” itu, ICG menyimpulkan bahwa salah satu faktor utama meningkatnya gesekan antarumat beragama di Indonesia adalah agresivitas Kegiatan penginjilan di daerah Muslim (Aggressive evangelical Christian proselytizing in Muslim strongholds).
“On the Christian side, several evangelical organizations committed to converting Muslims have also set up shop in Bekasi, some funded internationally, others purely home-grown. Yayasan Mahanaim, one of the wealthiest and most active, is particularly loathed by the Islamist community because of its programs targeting the Muslim poor. Another, Yayasan Bethmidrash Talmiddin, run by a Muslim convert to Christianity, uses Arabic calligraphy on the cover of its booklets, suggesting they are Islamic in content, and requires every student at its school as a graduation requirement to convert five people,” demikian laporan ICG tertanggal 24 November 2010.
(Di pihak Kristen, beberapa organisasi penginjil yang berkomitmen untuk mengkristenkan Muslim ada di Bekasi, beberapa didanai dari luar negeri, yang lain murni lokal. Yayasan Mahanaim, salah satu organisasi neo-Pentakosta yang paling bonafit serta aktif, sangat dibenci kaum muslim garis keras karena program-programnya menjadikan orang-orang muslim yang miskin sebagai objek pemurtadan. Sebelumnya, Yayasan Kaki Dian Emas, yang dijalankan oleh pendeta yang tadinya muslim, menggunakan kaligrafi Arab pada sampul-sampul publikasinya, seolah-olah isinya mengenai Islam, dan mewajibkan setiap siswa sekolahnya mengkristenkan sepuluh orang sebagai syarat kelulusan).
Lebih jauh, ICG memperingatkan bahwa gerakan kristenisasi itu bisa memicu lahirnya gerakan jihadis yang mereka sebut dengan istilah teroris dan ekstremis, yang dilakukan oleh para aktivis antipemurtadan.
Dalam sub-judul “Christianization: The Reality,” ICG memaparkan fakta-fakta gerakan kristenisasi. Kristenisasi di Indonesia bukanlah isu, melainkan fakta dan diprogram oleh lembaga resmi gereja, dengan membidik Jawa Barat sebagai target utama. Pada halaman 2, ICG melaporkan, dalam wawancara di Jakarta tanggal 10 Oktober 2010, salah seorang pengurus PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), mengakui adanya lembaga Kristen besar yang menjadikan Jawa Barat dan Banten sebagai target penginjilan:
“An official at the Indonesian Communion of Churches, a Protestant umbrella organization, said the big evangelical organizations were deliberately targeting West Java and Banten, the provinces that ring Jakarta, in the hope that a pincer movement of proselytisation would eventually gain them a bigger foothold in the capital.”
Beberapa lembaga penginjilan internasional yang membidik urang Sunda, di antaranya adalah:
1. Joshua Project, lembaga penginjilan internasional yang menargetkan komunitas etnis mayoritas nonkristen di seluruh dunia. Orang Sunda tak luput dari bidikannya, karena dianggap sebagai salah satu kelompok minoritas, dengan populasi Kristen kurang dari 2 persen.
2. Beja Kabungahan (Lampstand), lembaga yang dirintis sejak tahun 1969 oleh misionaris Amerika ini memfokuskan pendirian gereja dan penginjilan kepada suku Sunda di Jawa Barat.
3. Partners International (Mitra Internasional), lembaga yang berbasis di Spokane, Washington ini juga menargetkan suku Sunda, Jawa Barat. Dalam operasinya, mereka bekerja melalui Evangelical Theological Seminary Indonesia (ETSI) dan Persekutuan Kristen Sunda.
4. Frontiers, sebuah organisasi berbasis di Arizona ditujukan untuk menyebarkan kekristenan kepada umat Muslim di Jawa Barat.
5. Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI), perwakilan dari lembaga penginjilan internasional The Orlando. Di Jawa Barat LPMI sangat aktif menyebarkan misi di kampus-kampus. Bulan Desember 2006 kelompok LPMI Malang Jatim bikin geger dengan melakukan ritual mengusir setan penghuni Al-Qur’an. Buntut pelecehan agama ini, 11 orang pendeta ditangkap dan divonis penjara masing-masing 5 tahun.
Selain itu, dua lembaga Kristen yang melakukan penginjilan secara radikal di Bekasi adalah Yayasan Mahanaim dan Yayasan Bethmidrash Talmiddin.
BEKASI SURGANYA PEMURTADAN
Jika dirunut, insiden Ciketing adalah proses konflik yang sangat panjang dan tak bisa dipisahkan dari banyaknya kasus kristenisasi yang menyulut gesekan antarumat beragama. Di Bekasi itu, para penginjil radikal melakukan kristenisasi dengan segala cara, termasuk menipu dan melecehkan agama lain. Inilah beberapa kasus kristenisasi di Bekasi sebelum pecahnya insiden Ciketing:
1. Sekolah Teologi ‘Pemurtadan’ Edhie Sapto
Pendeta berdarah Madura ini mendirikan Yayasan Kaki Dian Emas (YKDE), berlokasi di rumahnya, Kompleks Galaksi Jl Palem F-844 kelurahan Jaka Mulya, Bekasi Selatan. Dari komplek ini Edhie Sapto melakukan banyak kegiatan penginjilan, antara lain: penerbitan majalah Midrash Talmiddim, produksi CD qasidah kristiani, dan mengadakan Sekolah Alkitab Terampil dan Terpadu (SATT).
Secara terang-terangan, pendeta mantan pembunuh bayaran ini mewajibkan para mahasiswa SATT untuk mengkristenkan umat Islam minimal 5 orang sebagai syarat kelulusan. Program ini diumumkan secara terbuka di majalah: “Program SATT: Pengutusan siswa/siswi SATT dalam rangka mencari jiwa minimal lima jiwa dari saudara sepupu sebagai salah satu syarat kelulusan yang ada di Manado, Cilacap, Madura, Lampung dan Riau” (Midrash Talmiddim edisi 4, hal. 44).
Di majalah Midrash Talmiddin yang menjadi corong YKDE, secara berkala Edhie Sapto mengupas islamologi, yang ciri khasnya adalah mendiskreditkan Islam. Misalnya: menyatakan Allah dalam Al-Quran itu tidak Maha Pengampun dan tidak memberikan petunjuk; menuduh Nabi Muhammad pernah jadi orang kafir; Muhammad seorang pemarah; Nabi Muhammad tidak memiliki mukjizat; dll.
Untuk memuluskan penginjilan melalui seni budaya, Edhie Sapto dan anak buahnya menerbitkan kaset dan CD audio qasidah kristiani, yaitu lagu-lagu doktrin Kristen berbahasa Arab dengan iringan irama padang pasir, agar bisa diterima oleh umat Islam. Beberapa judul lagu Qasidah tersebut antara lain: Isa Almasih Qudrotulloh, Allahu Akbar, Laukanallohu Aba’akum, Isa Kalimatullah, Ahlan Wasahlan Bismirobbina, Nahmaduka Ya Allah, dll.
Dengan intensitas penginjilan beridiom keislaman tersebut, kelompok Edhie Sapto mengklaim berhasil mengkristenkan minimal 50 orang dalam satu tahun. (Midrash Talmiddim edisi 3, hal. 15).
2. Blog Santo Bellarminus Menantang Perang
Blog Santo Bellarminus Bekasi ini sangat provokatif. Dalam blog bertitel “Habisi Islam di Indonesia” ini diposting tulisan dan foto-foto yang ditujukan untuk membangkitkan amarah umat Islam. Misalnya, dalam pesan berjudul “Habisi Islam di Indonesia!!” yang diposting hari Rabu, 21 April 2010 pukul 02:05 dengan gambar foto kitab suci Al-Qur’an dengan sampul warna hijau yang dimasukkan ke dalam WC. Foto penghinaan ini diberi komentar sarkasme yang sangat tidak senonoh.
Penulis Blog Bellarminus ini menamakan diri berasal dari Gerakan Membasmi Islam (GMI) ini juga mencaci-maki Allah SWT, Nabi Muhammad dan ayat-ayat Al-Qur’an dengan kata-kata yang hina dan jorok. Setelah puas mencaci maki Islam, blog Bellarminus mewajibkan umat Islam untuk pindah agama menjadi Kristen atau Katolik. Ia juga bersumpah untuk mengganyang Islam dari muka bumi.
3. Pelajar Kristen Lecehkan Al-Qur’an dengan Pose “Fuck You”
Di SMA Negeri 5 Bekasi, Felix Abraham Gradi, bersama dengan Yohanes Raditya (Joy), alumnus SMP Bellarminus berulah dengan membuat dua buah foto pose melecehkan Al-Qur’an.
Di sebuah ruangan kelas bulan Februari 2010, Joy memotret Felix berakting sambil memegang kitab suci Al-Qur’an dan mengacungkan jari tengah simbol “Fuck You.” Sedangkan foto kedua, Felix memfoto dirinya sendiri yang menginjak kitab suci Al-Qur’an. Kedua foto itu membuat geger umat Islam Bekasi, setelah diupload di blog Bellarminus.
Untuk meredam konflik akibat dua buah foto pelecehan ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi berinisiatif melaporkannya ke Polres Metro Bekasi. Setelah diproses hukum, Felix terbukti bersalah melakukan penodaan agama dengan cara menginjak Al-Qur’an dan menyebut Al-Qur’an “Fuck You.” Pengadilan Negeri Bekasi pada Selasa (7/9/2010) memvonis Felix dengan hukuman satu tahun penjara.
4. Formasi Pedang Salib di Masjid Agung Bekasi
Belum reda panasnya penghujatan terhadap Islam di blog Bellarminus, sepekan kemudian Kristen radikal kembali memancing amarah umat Islam. Di pelataran Masjid Agung kebanggaan umat Islam Bekasi itu, mereka melakukan pawai berkedok Karnaval antinarkoba yang digelar dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Ahad (2/5/2010), dengan membawa panji-panji kristiani bertuliskan: Elshadai, Adonai, Yehova Rapha, Yehova Shalom, Yehova Nissi, Yehova Shammah, dll. Mereka juga membawa replica mahkota Paus dan bendera-bendera berlogo bintang David (David star).
Pukul 8.30 pagi saat jamaah Masjid Agung sedang khusyuk mendengar tilawah Al-Qur’an pada acara akad nikah, belasan peserta pawai memasuki pelataran masjid. Beberapa meter dari pintu utama masjid, mereka melakukan tari-tarian dan membentuk formasi “pedang-salib” menghadap ke barat. Sempat terjadi keributan, para satpam tak menahan para pembuat onar.
Meski acara itu menghebohkan umat Islam seluruh Bekasi, namun pelakunya belum tersentuh hukum. Baik Ketua Panitia Wong Cahyadi maupun Benny Tunggul selaku koordinator lapangan acara tersebut, hanya dimintai keterangan oleh polisi tanpa mendapat sanksi apapun.
5. Mahanaim Membaptis Ratusan Umat Islam dengan Cara Menipu
Misionaris radikal Kelompok Mahanaim Bekasi menipu ratusan umat Islam untuk dibaptis massal di Perumahan Kemang Pratama Regency.
Rabu siang (23/6/2010), sekitar lima ratusan warga Muslim di kawasan Senen, Jakarta Pusat diangkut ke kawasan elit Bekasi menggunakan 14 buah bus mini Kopaja. Mereka dijanjikan rekreasi, jalan-jalan dan renang gratis oleh para koordinator. Ternyata janji refreshing gratis itu bohong belaka. Mereka malah diboyong ke sebuah rumah tingkat beralamat di jalan Komala 2 di blok L nomor 14.
Warga yang sebagian besar ibu-ibu dan nenek-nenek berjilbab ini langsung digiring ke kolam renang yang tak seberapa luas. Ternyata rumah berlantai dua ini adalah milik Hendry Leonardi Sutanto, ketua Yayasan Kristen Mahanaim. Koordinator acara baptis massal tersebut adalah Andreas Dusly Sanau.
Andreas adalah pengurus Mahanaim yang dua tahun sebelumnya, menjadi panitia acara “Bekasi Berbagi Berbahagia” (B3). Ahad 23 November 2008 silam, Mahanaim menipu umat Islam dengan kedok lomba tumpang se-Bekasi yang akan dimasukkan ke MURI (Musium Rekor Indonesia). Ternyata pada acara tersebut peserta dimandikan di kolam buatan di lapangan sebagai prosesi pembaptisan. Para korbannya kebanyakan wanita dari anak-anak, remaja hingga nenek-nenek berjilbab. (suaraislam//voa-islam/arrahmah.com)