Oleh : Dr. Raghib As Sirjani
(Arrahmah.com) – Dalam makalah “Bahaya Syiah” kami telah menyebutkan sepenggal bahaya Syi’ah masa kini dan dampaknya bagi umat Islam, selanjutnya kami bagi menjadi lima alasan yang satu saja alasan daripadanya cukup jadi sebab kita membicarakan Syiah, alasan-alasan itu antara lain:
1. Syiah tak pernah berhenti menyerang para sahabat, seakan-akan hal ini menjadi dasar pokok agama mereka, yaitu kebencian yang sangat jelas dan nyata sampai di luar batas. Bahkan di website kami (www.Islamstory.com), kami sebutkan berbagai komentar yang menunjukkan kebencian dan permusuhan Syi’ah terhadap para sahabat khususnya Abu Bakr, Umar, dan Utsman radhiallahu ‘anhum, dan para sahabat pada umumnya. Hanya karena menyebut salah seorang sahabat yang memiliki sensivitas di kalangan Syi’ah, maka mereka akan menyerangnya habis-habisan. Bagaimana kita bisa diam terhadap pernyataan gila ini? Kami sebutkan bahwa diam terhadap perkara yang hina ini merupakan pengkhianatan agama yang sepatutnya tidak kita perbuat.
2. Kuatnya penyebaran Syiah di negara-negara Islam, baik penyebaran ajaran Syiah yang dapat merubah akidah langsung atau hanya mengarahkan opini publik kepada paham Syiah tanpa disadari.
3. Jatuhnya ribuan korban dari pihak Ahlisunnah di Irak.
4. Kekuasaan Syiah mendominasi secara langsung di Irak, baik dari segi politik, ekonomi, maupun militer, dengan membonceng kekuatan Amerika
5. Ancaman Syiah secara langsung terhadap negara-negara yang berdekatan dengan Irak, sebagaimana yang kami sebutkan mengenai ancaman Syiah terhadap Uni Emirat, Bahrain dan Saudi Arabia, kami tidak tahu apakah dengan berdiam diri sampai negara ini hilang? Ataukah kita segera melakukan langkah-langkah positif untuk menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat?
Kelima hal ini telah kami rinci penjelasannya dalam makalah sebelumnya, yaitu “Bahaya Syi’ah” kami ajak para pembaca untuk membaca lebih seksama mengenai dampak bahayanya Syiah, sebagaimana halnya kami juga mensarankan untuk membaca dua makalah sebelumnya, mengenai “Pokok Ajaran Syi’ah” dan “Ancaman Syi’ah” supaya dari pembahasan ini, pembaca dapat mengambil sikap yang benar.
Lalu apakah kelima hal diatas telah mewakili semuanya?!
Jawabannya adalah tidak!
Sungguh, bahaya Syiah lebih besar daripada itu semua. Sejarah telah mencatat bahwa kerusakan yang dilakukan Syiah jauh dari apa yang kita bayangkan, penjajahan yang di lakukan Syiah Ismailiyah Al Ubaidiyah terhadap Mesir yang berlangsung selama dua ratus tahun lebih, bahkan tidak pernah terbayangkan oleh seorang pesimis sekalipun, namun hal ini telah terjadi sebagaimana yang kita ketahui, dari itu mestinya sikap waspada terhadap bahaya Syiah merupakan hal yang harus dan tidak bisa dielakkan.
Kami akan coba melengkapi perkara-perkara yang kami sebutkan diatas sehubungan dengan bahaya Syi’ah di zaman kita sekarang.
6. Kedekatan hubungan Suriah dengan Iran dan bahayanya.
Nampak jelas sekali bagi kita kedekatan antara Suriah dengan Iran, bahayanya adalah dampak buruk yang akan di alami oleh Suriah, yaitu dari sikap penguasanya yang Syiah Nushairiyah (dikenal juga dengan Alawiyyin), yang telah memerintah selama kurang lebih 40 tahun. Mereka adalah kelompok yang menisbatkan dirinya kepada Abu Syu’aib Muhammad bin Nushair Al Bashri (w 270 H), pendiri madzhab Syiah Nushairiyah, yang mengaku sebagai nabi dan meyakini Ali adalah Allah –Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan-
Walaupun para penganut Syiah Nushairiyah di Suriah tidak lebih 10% dari total penduduk Suriah, namun mereka berhasil menguasai pemerintahan dan membuka kesempatan selebar-lebarnya demi menyebarkan ajaran Syiah di Suriah. Karena itu, program Bulan Sabit Syiah yang menghubungkan Iran ke Irak, dan selanjutnya ke Suriah dan Lebanon sangat membahayakan bagi umat Islam, yang akan mengisolasi negeri timur dari baratnya dan ancaman ekspansi yang tidak dapat dibayangkan.
7. Juga terdapat perkara yang sangat berbahaya, yang harus dihentikan secepat mungkin tanpa menunda-nundanya, yaitu fitnah yang menimpa kaum muslimin Ahlisunnah, khususnya terhadap dua simbol utama kepemimpianan Syiah yaitu Hizbullah Hasan Nashrullah di Lebanon dan presiden Iran Ahmadi Nejad.
Tidak perlu diperdebatkan lagi, bahwa kedua pemimpin di atas telah menimbulkan fitnah dikalangan umat Islam Ahlisunnah, khususnya ketika hilangnya symbol para pemimpin negeri Islam yang menisbatkan kepada Ahlisunnah. Fitnah itu adalah keberhasilan yang diraih oleh kedua pemimpin itu, baik keberhasilan Hizbullah melawan Yahudi maupun kemandirian Iran dalam membangun negaranya.
Dari sini kita selaku kaum muslimin Ahlisunnah harus kembali melihat dengan seksama, bahwa jalan untuk selamat adalah harus memiliki akidah dan manhaj yang benar. Karena itu, kita tidak akan terpengaruh -jika akidah dan manhaj kita benar- walaupun pengaruh itu kuat.
Kita juga masih ingat, bahwa daulah Syiah Al Ubaidiyah telah meraih keberhasilan -baik militer maupun politik- sepuluh atau seratus kalilipat jauh lebih besar daripada keberhasilan yang pernah di raih Iran dan Hizbullah, meski demikian kita tetap tidak menjadikan mereka sebagai teladan, bahkan kita tidak mengambil teladan dari pemimpin sekuler –meski dia seorang sunni-. Sebab kita percaya bahwa teladan dari pemimpin Islam adalah pemimpin yang memiliki integrasi, keseimbangan, komprehensif dalam masalah aqidah, akhlak, ilmu serta amal, jihadnya untuk di jalan Allah dan menolong agama Allah, dan demi menegakkan syari’at islam tanpa penyelewengan dan pengubahan.
Pesanku kepada orang-orang yang mengagumi pemimpin Syi’ah, meski dia seorang yang adil, aku katakan; “Apakah kalian akan terima keyakinan dua belas imam sebagaimana yang mereka serukan? Kemudian, apakah kita akan terima meninggalkan perjalanan hidup para sahabat, madzhab fiqih dan kitab-kitab sunnah yang kita jadikan pegangan? Apakah kita akan berharap dari salah seorang pemimpin Syiah untuk menggunakan kurikulum pendidikan sesuai kurikulum kita ataukah kurikulum Syi’ah?!….
Ismail As Shafawi telah mendirikan daulah yang sangat kuat di Iran, dia telah membangun daulah dengan sangat cemerlang jika ditinjau dari administrasi pemerintahannya, namun apa yang dia perbuat ketika daulah ini berdiri?! Cobalah kembali ke makalah sebelumnya, tentang “Ancaman Syiah” supaya anda tahu bagaimana daulah ini memanfaatkan kekuatannya untuk memerangi daulah Utsmaniyah, menyebarkan ajaran Syiah kepada penduduk Irak, dan bersekongkol dengan Portugis untuk melawan daulah Utsmaniyah.
Sesungguhnya agama Islam ini terdiri dari satu kesatuan, kita tidak boleh mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, Allah berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah; 208).
Sekiranya kita hendak mengambil teladan, seharusnya kita mengambilnya secara utuh, sekiranya ada kekurangan darinya, tidak mungkin hal itu kita jadikan sebagai teladan, apalagi kekurangan dalam masalah Aqidah dan pemahaman, sekiranya kita mengabaikan hal ini, niscaya akan mengakibatkan kerusakan.
8. Sangat disayangkan, sehubungan dengan riwayat-riwayat berbau Syiah yang masuk dalam buku sejarah umat Islam secara umum, sehingga jika kita ingin membaca kitab sejarah atau mengambil faidah darinya, maka kita harus menyeleksi dari penyimpangan dan penyelewengannya. Ini penting, karena jika tidak, akan banyak sekali perbendaharaan kita yang akan hilang, bahkan sejarah para sahabat dan generasi paling utama akan diputarbalikkan.
Jalan pertama yang mesti kita tempuh adalah memahami bahaya Syiah terhadap kitab-kitab sejarah, kemudian berupaya membersihkan kitab-kitab tersebut dari riwayat-riwayat dusta mereka, setelah itu mengambil kesimpulan dan pelajaran setelah memastikan dari riwayat-riwayat yang shahih.
Supaya saya dapat memperingatkan dari bahayanya masalah ini, maka saya melakukan penelitian terhadap riwayat-riwayat yang ada dalam Tarikh At Thabari sehubungan dengan kisah “Perang Shifin”, saya dapati sekitar 113 riwayat Syiah, diantaranya 99 riwayat yang mengandung riwayat-riwayat Syiah yang menunjukkan kedengkian dan celaan terhadap para sahabat. Riwayat-riwayat ini telah dinukil oleh Syiah, begitu halnya riwayat-riwayat yang terkontaminasi dengan pemikiran mereka, karena ketidaktahuan awak media, akhirnya riwayat tersebut mereka nisbatkan kepada Ahlisunnah, dengan dalih bahwa riwayat-riwayat itu tercantum dalam Tarikh At Thabari, sementara At Thabari termasuk ulama Ahlisunnah. Anehnya, mereka tidak memperhatikan sanad yang disebutkan At Thabari, bahkan sekiranya mereka memperhatikannya pun, mereka tidak akan tahu nama-nama perawinya. Karena itu, membersihkan kitab-kitab sejarah dari riwayat-riwayat Syiah menjadi suatu keharusan, sehingga umat Islam dapat membaca sejarah ummat dari sumbernya yang shahih.
9. Banyak orang (Ahlussunnah) yang mengabaikan dan tidak meresa berkewajiban untuk berdakwah kepada Syiah. Apakah bijaksana, jika kita membiarkan 150 juta orang yang meyakini akidah yang rusak tanpa kita peringatkan mereka dari bahaya meyakini akidah ini.
Bukankah mereka membutuhkan pengajaran, penjelasan, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar? Apakah nanti kita tidak ditanya oleh Allah, sehubungan dengan sikap kita tatkala melihat orang-orang yang berkeyakinan dengan akidah yang sebagiannya telah kami jelaskan di makalah “Ushul As Syi’ah”?…
Sebagian orang Syi’ah pernah mengirim berbagai komentar berkaitan dengan makalah ini, mereka menginginkan agar Allah menghukumku supaya mengumpulkanku bersama Abu Bakar dan Umar!! Begitu bahagianya diriku, karena itulah harapanku untuk bisa dikumpulkan bersama Abu Bakar dan Umar. Namun saya sedih atas sikap mereka, karena mereka menjadikan permusuhan terhadap dua tokoh sahabat yang telah Allah pilih untuk menemani Rasul-Nya.
Saya rasa tugas yang paling pokok bagi para da’I dan para ulama adalah menjelaskan bahaya Syi’ah terhadap mereka, dan saya yakin bahwa di dalam diri mereka masih ada sifat adil, jika sampai kepadanya ilmu yang benar, maka dia akan menerima kebenaran itu meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan.
10. Siapakah yang menolong dan melindungi kaum Sunni yang berada di Iran? Tahukah kalian jumlah mereka? Jumlah mereka mencapai 20 juta jiwa, mewakili 30% penduduk Iran secara keseluruhan. Di sana tidak terdapat walau satu menteri pun dari perwakilan Sunni, dan jumlah mereka di parlemen kurang dari 10%, orang-orang Sunni di Taheran berjuang mati-matian untuk mendirikan satu mesjid saja dan itu pun gagal hingga saat ini.
Ditambah lagi, kaum Syiah menindas siapa saja yang ingin menuntut haknya, bahkan penindasan itu sampai kepada penghancuran masjid-masjid Ahlisunnah, sebagaimana peristiwa yang paling terkenal adalah penghancuran masjid Syaikh Feed di Khurasan pada tahun 1414 H/1994 M, kemudian penghancuran masjid Jami di wilayah Blustan, dan membantai dua ratus pemuda Ahlisunnah yang membela mati-matian masjid tersebut. Perlu diingat bahwa kurikulum yang dipelajari oleh kaum Sunni yang berjumlah dua puluh juta jiwa di Iran, bukanlah berdasarkan akidah Ahlussunnah yang sesungguhnya, akan tetapi kurikulum yang sesuai dengan ajaran Syiah.
Sungguh sangat di sesalkan, krisis besar telah di alami oleh Ahlusunnah di Iran, kita melihatnya namun kita tidak menangis atas apa yang mereka alami, apakah kita hanya diam terhadap permasalahan mereka dan permasalahan Ahlisunnah di Irak? Ataukah kita perlu membicarakannya agar Allah menyadarkan hati orang-orang untuk berbuat sesuatu?
Inilah beberapa bahaya syi’ah yang nampak pada kita…. dan inilah sepuluh bahaya tersebut!
Wahai saudara-saudariku, apakah bijaksana jika kita bersikap diam?!
Apakah para cendekia dan para analisis berpandangan bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh ucapan lebih besar daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh kenyataan dimana kita hidup..! sebagaimana sebelumnya kami telah mencantumkannya dalam pembahasan demi pembahasan, diantaranya adalah sepuluh hal diatas.
Namun demikian, makalah-makalah ini tidak bertujuan untuk mengangkat senjata, yang kemudian kita arahkan ke Syi’ah Iran, Irak, Suriah atau Lebanon… bukan pula tujuan dari makalah-makalah ini untuk menyimpulkan bahwa bahaya Syi’ah lebih besar daripada Yahudi, namun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami realita yang sebenarnya, dan supaya para cendekia Ahlisunnah sepakat dalam satu sikap yang paling pas dan sesuai setelah mengetahui hakekat sebenarnya.
Sesungguhnya jutaan orang secara sukarela telah mengemukakan pendapatnya dalam berbagai masalah yang kompleks, namun mereka tidak tahu apa-apa mengenai masalah yang mereka perbincangkan, dan mereka membicarakan masalah tersebut hanya berdasarkan simpati semata, Bahkan mereka beranggapan bahwa pendapat-pendapat semu tersebut merupakan point-point yang paling bisa diterapkan oleh mereka yang tulus.
Sumber: As-Syiah Nidhol am Dholal oleh Dr. Raghib As Sirjani
(syiahindonesia.com/arrahmah.com)