AMMAN (Arrahmah.com) – Kehadiran kelompok yang memperjuangkan Islam secara ekstrim mendorong timbulnya reaksi beragam dari masyarakat. Terkhusus kaum yang keluar dari rambu-rambu Islam dan berlebihan dalam menghukumi Muslimin, masyarakat sampai melabeli mereka sebagai Khawarij.
Kepada kaum Khawarij, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saya akan memerangi mereka (Khawarij) seperti memerangi Kaum ‘Aad.” Hadits ini tentu tidak dapat kita pahami dan terapkan begitu saja secara otodidak.
Menurut Syaikh Nashir Al-Asad dalam Mashadir asy-Syi’ri al-Jahili 10 mengatakan bahwa, “Orang yang hanya mengambil ilmu melalui kitab saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama dan tanpa berjumpa dalam majlis-majlis ulama, maka ia telah mengarah pada distorsi. Para ulama tidak menganggapnya sebagai ilmu, mereka menyebutnya shahafi atau otodidak, bukan orang alim… Para ulama menilai orang semacam ini sebagai orang yang dlaif (lemah). Ia disebut shahafi yang diambil dari kalimat tashhif, yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari kebenaran.”
Dengan demikian, penting kiranya kita memahami hadits terkait Khawarij di atas sambil merujuk salah seorang ulama kharismatik kekinian. Sebagaimana memahami penjelasan Syaikh Abu Qatadah Al-Filistin -ulama kelahiran Palestina berkewarganegaraan Yordania- yang diterjemahkan dan dipublikasikan Muqawamah Media pada Sabtu (26/6/2015).
Hal ini bukan karena keyakinan Khawarij lebih buruk dari keyakinan Yahudi atau Kristen, meskipun Nabi SAW bersabda tentang mereka dengan perkataan yang tidak beliau katakan pada orang/kelompok lainnya. Perhatikanlah, bahwa beliau SAW tidak memerintahkan kita untuk memerangi orang-orang Yahudi dan Kristen hingga habis musnah semuanya, sebagaimana ketika beliau SAW memerintahkan kita memerangi Khawarij.
Mengapa begitu? Itu karena agama Khawarij hanya mengenal satu jenis kata dalam menghadapi lawan mereka dari kalangan Muslim, yakni MEMBUNUH, tidak ada yang lain. Karena menurut anggapan mereka, kaum Muslimin itu adalah orang-orang murtad. Keyakinan seorang Khawarij akan selalu mendorongnya untuk membunuh Muslim, ini tidak seperti perlakuan mereka terhadap agama Kristen dan Yahudi dalam segala aspeknya. Bahkan terkadang mereka menerima Jizyah dari Kristen dan Yahudi dalam situasi tertentu, tetapi bagi Khawarij, tidak ada yang akan ia berikan bagi dirimu (wahai muslim), kecuali pedang.
Jika situasi semacam ini yang dihadapi seorang Muslim, maka tidak diragukan lagi, hanya pedang dan pemusnahan adalah satu-satunya solusi untuk menghadapi mereka. Karena kejahatan mereka tidak bisa ditolak kecuali dengan ini. Itu sebabnya ketika seseorang mengatakan, dan saya salah satu dari mereka, bahwa Anda harus melawan mereka jika melampaui batas terhadap Anda (menyerang Anda). Dari ini berarti mereka harus dibunuh seperti membunuh kaum ‘Aad. Karena mereka akan selalu melakukan pelanggaran harta, darah dan kehormatan kaum muslimin dan mereka akan selalu seperti ini, yakni melakukan pelanggaran dan menyerang. Sifat seperti ini juga akan Anda temukan pada kaum Khawarij yang terlihat diam/pasif, karena dibalik sikap diam mereka itu sebenarnya mereka tengah merencanakan untuk menguasai musuh-musuhnya, dan musuh terbesarnya adalah kaum Muslimin. Terserah bagi mereka yang tidak setuju tentang hal ini, karena hasilnya sama saja. Jika saya mengatakan bahwa mereka harus dilawan karena pelanggaran mereka, atau mengatakan bahwa mereka harus dibunuh seperti orang-orang dari ‘Aad, artinya adalah sama. Karena jika Anda Muslim, Khawarij akan selalu memerangi Anda dan melanggar hak-hak Anda.
Jadi, setiap kali saya diminta untuk menyatukan orang-orang di atas satu pernyataan yang membuat mereka bersepakat dan tidak ada lagi perbedaan, maka itu adalah pernyataan bahwa kaum Muslimin memiliki kebutuhan untuk bertahan melawan ekstrimis, Khawarij (yakni, mengusir agresi mereka). Saya katakan, “Perangilah mereka sesuai dengan makna ini.”
Kemudian seseorang yang berbeda pendapat dengan saya datang dan mengatakan hal bertentangan, ia berkata : “Jika demikian, apa makna pernyataan, ‘perangilah mereka seperti memerangi kaum ‘Aad…”?. Dia berpikir bahwa pernyataan Nabi (Salallahu Alayhi wa Sallam) berarti membunuh mereka karena kepercayaan mereka, bukan karena keadaan mereka yang selalu memerangi Muslim dan merencanakan makar terhadap mereka.
Ringkasnya, pokok permasalahan dalam memahami hadits ini, terletak pada mereka yang tidak ingin melawan Khawarij, sampai Khawarij itu melawan dia atau melawan kelompoknya. Dikatakan kepadanya: “Jika Anda akan berpikir Anda akan tahu bahwa Anda berada dalam pembahasan ini karena Anda seorang Muslim, bagi mereka, mengkafirkan Anda bukanlah hal yang besar (di hadapan mereka).” Kami mengatakan ini sekali kepada mereka, dan mereka mengatakan: “Kami tidak setuju dengan Anda, kami dan mereka berada dalam hubungan yang baik, sehingga tidak menyebabkan kerusakan di antara kita! ” Baiklah, tetapi jika Anda lihat, apakah situasi ini masih tetap sama di salah satu tempat di mana Khawarij telah ditemukan?
Oleh karena itu, hari ini saya nyatakan secara terbuka kepada Mujahidin: Jika kalian tidak cepat-cepat mempersiapkan diri untuk menyelamatkan tanah kaum Muslimin dari kaum ekstrimis ini, maka wilayah kaum Muslimin akan jatuh di tangan Ahlul Bid’ah penumpah darah ini karena mengetahui bahwa kalian bersikap diam. Karena Negara mereka di Syam akan segera sirna. Dan jika kalian tidak termotivasi untuk merebut kembali wilayah kalian yang dirampas oleh mereka, maka hendaknya kalian termotivasi untuk melindungi kehormatan kalian yang akan dilanggar oleh penganut bid’ah ini jika Anda tidak merebut kembali wilayah kalian dari mereka. Ekstrimis Khawarij ini tidak akan pergi dari wilayah Anda, sampai Anda mengusirnya. Ini adalah metode dan cara mereka, dan mereka memiliki catatan dalam hal ini seperti yang telah kalian lihat. Ya Allah… Allah.. agama dan kehormatan kalian! Ya Allah tidakkah aku sampaikan? Ya.. Allah menjadi saksi!
(adibahasan/arrahmah.com)