JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Muqoddas mengatakan terdapat sepuluh masalah yang saat ini tengah dihadapi bangsa Indonesia.
Menurutnya, bangsa Indonesia perlu memahami masalah tersebut untuk mempertahankan kualitas sebagai umat unggulan dan sekaligus sebagai bangsa yang berdaulat.
Busyro mengatakan, masalah pertama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bahaya bisnis besar narkoba yang telah menjadikan Indonesia sebagai pasar utama bisnis barang mematikan itu.
“Tercatat sudah terdapat jumlah pengguna narkoba sebanyak 5,9 juta. Korban yang tewas perhari 40 orang. Sararan utamanya adalah generasi muda. Sejumlah aparat TNI, Polri, dan petugas BNN (Badan Narkotika Nasional) bahkan anggota DPRD terseret di dalamnya,” ungkap Busyro seperti dilansir Muhammadiyah.or.id, Ahad (25/6/2017) lalu.
Kedua, kata Busyro, perampokan uang negara atau korupsi oleh aparat pemerintah pusat atau daerah, DPR/DPRD, DPD, Polisi, Jaksa, Hakim/Hakim Mahkamah Konstitusi, Menteri, Pengacara, Pebisnis Gelap dan Penyuap Pejabat, serta Dosen Negeri.
Busyro melanjutkan, masalah ketiga adalah, praktik jual jasa atau suap dalam perizinan pendirian hotel, apartemen, pusat belanja modern, penambangan minyak, gas, mineral batubara, dan tata ruang daerah maupun nasional.
Kemudian, lanjut Busyro, masalah keempat, adanya praktik penguasaan 77% kekayaan negara oleh 10 pengusaha hitam dan 1 pengusaha keturunan yang diizinkan menguasai 6 juta hektar lahan.
“Kelima, tidak terbukanya aparat Polri dalam membongkar siapa sesungguhnya aktor dan dalang serangkaian panjang gerakan terorisme yang keji dan terkutuk,” tegas Busyro seperti dikutip Muhammadiyah.or.id.
Lalu keenam, praktik mafia suap atau uang sogok oleh kalangan pebisnis busuk kepada pejabat, politisi parpol, dan aparat penegak hukum yang telah menghancurkan martabat bangsa.
Ketujuh, lanjut Busyro, makin bertambahnya kehadiran “generasi android” yang telah menyita waktu produktif mereka.
“Kedelapan, dan ini yang parah, semakin terbiasanya ucapan bohong di depan jutaan rakyat dan pengakuan mendadak sebagai pejuang Pancasila dan NKRI tanpa bukti kejujuran dan kecerdasan,” tandas Busyro.
Menurut Busyro, menjamurnya izin pasar dan pusat belanja modern berjejaring nasional yang mematikan pasar dan pusat ekonomi rakyat kelas menengah adalah masalah kesembilan yang harus dihadapi bangsa Indonesia.
Dan yang terakhir, kata Busyro, terjadinya kesenjangan ekonomi sebagai pemicu ketidakadilan sosial dan munculnya sikap radikalisme dalam masyarakat yang berujung pada terorisme.
Meski begitu, Busyro berpendapat, kesepuluh masalah tersebut baru sebagian dari sekian banyak permasalahan bangsa Indonesia.
“Itulah sebagian problem negara kita yang telah membebani masa depan generasi muda dan negara kita,” ucapnya.
Untuk itu, Busyro mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengembangkan keunggulan kualitas ruhaniyah dan taqwa yang telah diraih selama bulan Ramadhan kemarin dengan mendongkrak semangat perbaikan bangsa dan negara.
“Mari kita syukuri dengan penuh keceriaan dan optimisme yang kuat menghadapi permasalahan di atas. Salah satu langkahnya adalah dengan mempersiapkan anak-anak dan generasi penerus kita yang juga sebagai generasi penerus dan penyelamat masa depan bangsa,” tutur Busyro.
Ia juga berharap, jangan sampai bangsa Indonesia jatuh pada cara pengelolaan yang tidak berkeadilan.
“Sebaliknya umat Islam perlu segera bangkit menyelamatkan negara dan kekayaan alam yang melimpah dengan penuh semangat,” pungkas Busyro.
(azm/arrahmah.com)