Serang (arrahmah) – Mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Letjen (Purn) Sutiyoso menilai bahwa Imam Samudera, Amrozy dan Mukklas adalah teroris yang mengatasnamakan Islam, padahal tindakannya bertentangan dengan Islam.
Pernyataan tersebut dilontarkan lelaki yang menjabat dua periode sebagai Gubernur di DKI Jakarta, ketika memberikan sambutan pada acara pengukuhan kepengurusan Forum Komunikasi dan Kerjasama Islamic Centre (FKKIC) Provinsi Banten periode 2008-2013 di Hotel Mahadria Serang, Rabu ( 5/3).
“Mereka itu teroris, dan tindakannya bertentangan dengan Islam, padahal Islam itu cinta damai, mereka berbuat demikian atas nama Islam,” kata Sutiyoso.
Mantan pasukan elit Kopasus dan sekarang menjabat sebagai ketua Dewan Pembina FKKIC ini, terang-terangan mempunyai tugas untuk menyamakan persepsi tentang Islam yang damai dan moderat. “Kita bertanggung jawab untuk meyakinkan orang lain, khususnya Negara non-muslim, bahwa prilaku anarkis dan terorisme bukanlah ajaran Islam sesungguhnya,” ujarnya.
Selain menyebut Imam Samudera CS sebagai teroris, ia juga mengatakan, pelaku bom yang di Marriot ataupun di kedutaan Australia tak jauh berbeda. “Mereka mengebom kedubes Australia alasannya benci kepada Australia, tapi orang Australianya tak terluka, di pipinya pun tak ada goresan,” jelasnya.
Namun Sutiyoso tak menjelaskan, apakah benar mereka yang melakukan peledakan tersebut, atau apakah menurut kacamata Islam, tindakan mereka disalahkan atau tidak. “Jadi tindakan mereka itu tidak benar,” tegasnya.
Secara terang-terangan di depan selruh pengurus FKKIC Banten, Kyai Banten dan para pejabat Banten, Sutiyoso meminta dukungan, bahwa dirinya akan menjadi Presiden.
Kepada wartawan, Sutiyoso mengaku, makin rutin mengunjungi daerah untuk mensosialisasikan dirinya yang telah mendeklarasikan diri sebagai salah satu calon presiden. “Kunjungan ke daerah ini juga karena saya juga pengurus berbagai organisasi, baik keagamaan, sosial, maupun olahraga. Apalagi saya sadar, saya ini pemain pemula dibandingkan kandidat lainnya yang posternya sudah dipasang ke mana-mana,” jelasnya.
Ia menambahkan, sosialisasi dan permohonan izin kepada tokoh masyarakat merupakan bagian dari pembelajaran kepada masyarakat dalam memilih calon pemimpin. “Memilih pemimpin jangan seperti membeli kucing dalam karung dengan mempertaruhkan ratusan rakyat Indonesia. Silakan track record saya diteliti. Kalau layak, mohon dukung saya. Tapi kalau memang ada kandidat lain yang lebih baik track record-nya, saya juga akan mengakuinya,” ujarnya.
Selain meminta dukungan dari berbagai tokoh masyarakat, Sutiyoso mengklaim sudah mendapatkan sokongan dari sejumlah parpol di Indonesia. (Abu Naqib Al-Ghazy)