TELUK BANGGALA (Arrahmah.com) – Sekelompok wanita Rohingya yang ditahan selama berbulan-bulan di sebuah pulau terpencil di Teluk Banggala, Bangladesh melakukan aksi mogok makan selama lima hari terakhir, mereka menuntut agar dibawa kembali berkumpul bersama keluarga mereka di Cox’s Bazar, Bangladesh selatan.
Sekitar 306 pengungsi Rohingya, termasuk setidaknya 33 anak-anak serta 100 gadis dan wanita muda, dikurung di pulau kecil bernama Bhasan Char di lepas pantai barat daya Bangladesh sejak awal Mei lalu.
Mereka dipindahkan ke pulau tersebut setelah terdampar berminggu-minggu di Teluk Banggala dalam sebuah upaya migrasi yang gagal.
Bangladesh, yang menampung lebih dari satu juta pengungsi Rohingya, berencana untuk merelokasi mereka ke pulau kecil itu meskipun ada banyak kritikan yang muncul atas rencana tersebut.
“Orang-orang Rohingya hidup seperti tahanan di pulau itu. Mereka menghadapi banyak masalah, dan pihak berwenang telah mengambil kartu SIM seluler mereka untuk mengisolasi mereka sepenuhnya,” kata Ansar Ali, seorang pengungsi Rohingya yang tinggal di Kutupalang di Cox’s Bazar, kepada Anadolu Agency.
“Kami sangat mengkhawatirkan mereka, terutama para wanita muda yang terpisah dari keluarga mereka selama empat bulan dan menjalani kehidupan yang tidak aman di pulau itu,” imbuhnya.
Pihak berwenang Bangladesh mengutip penyebaran virus corona sebagai alasan untuk tidak membawa para pengungsi kembali ke Cox’s Bazar yang penuh sesak, di mana terdapat 1,2 juta pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekejaman militer Myanmar pada Agustus 2017.
Nmaun Khin Maung, pendiri dan direktur eksekutif dari Asosiasi Pemuda Rohingya yang berbasis di Bangladesh, mengatakan bahwa orang-orang di pulau itu telah diisolasi selama lebih dari tiga bulan dan harus dipersatukan kembali dengan keluarga mereka. (rafa/arrahmah.com)