LONDON (Arrahmah.com) – Pemerintah Inggris harus “menjangkau” dengan al-Qaeda, mantan kepala MI5 menyarankan, dikutip BBC pada Senin (21/3/2011).
Baroness Eliza Manningham-Buller mengatakan, dia yakin “perang melawan teror” tidak dapat dimenangkan dengan hanya mengandalkan kekuatan militer.
“Selalu lebih baik untuk berbicara dengan orang-orang yang menyerang Anda daripada menyerang mereka, jika Anda bisa,” katanya.
Bagaimanapun, menurutnya, mengatakan penggunaan pesawat tak berawak untuk menargetkan para pemimpin al-Qaeda dapat berubah menjadi konflik yang baru.
Dalam wawancara televisi pertamanya, Baroness Manningham-Buller mencerminkan peran lembaga intelijen Inggris dalam menangani rencana teror di dalam negeri yang didukung atau didorong oleh al-Qaeda.
“Jika kita bisa mengurangi serangan, meminimalisasi serangan mematikan, menarik para pemuda untuk tidak terlibat dengan kelompok semacam ini, saya pikir kita bisa sampai ke tahap dimana ancaman yang demikian bisa benar-benar berkurang,” katanya pada BBC.
Baroness berharap pemerintah mencoba berbicara dengan al-Qaeda.
Sejumlah pengkritik “perang melawan teror” berpendapat bahwa penyiksaan terhadap tersangka teroris dan penggunaan kekerasan terhadap tahanan Guantanamo telah menyebabkan kemenangan propaganda untuk al-Qaeda.
Buller mengatakan hati dan pikiran sangat penting dalam memerangi terorisme.
“Saya pikir saat kita bisa memastikan bahwa kita benar-benar memegang nilai-nilai, standar etika, hukum, dan tidak tergoda untuk mengambil jalan yang lain, yang dalam pandangan saya telah melemparkan kita (Barat) pada kesalahan mendalam, berarti kita akan memiliki kesempatan moral untuk menangani beberapa penyebab masalah ini,” katanya.
Sementara itu, mantan direktur CIA, Michael Hayden, tetap bersikukuh meningkatnya penggunaan pesawat tanpa awak membantu AS dalam memenangkan perang melawan terorisme.
“Ini telah menjadi kekuatan yang signifikan dalam membuat kepemimpinan al-Qaida menghabiskan sebagian besar tenaga mereka dengan membuat mereka mengkhawatirkan kelangsungan hidup mereka. Dan inilah upaya untuk memenangkan perang.”
Hayden mengkritik bahwa penggunaan drone dalam agenda perang melawan teror sebagai “pembunuhan yang disponsori negara”, tapi menyangkal anggapan bahwa tindakan ini merupakan “pembunuhan yang melanggar hukum”.
“Ini adalah konflik bersenjata, ini adalah tindakan melawan kekuatan musuh yang bersenjata, ini merupakan perwujudan dari hak membela diri yang melekat pada negara Amerika.” (althaf/arrahmah.com)