WASHINGTON (Arrahmah.com) – Inggris dan Amerika Serikat mengecam peran Rusia dalam perang Libya dan mendesak Moskow untuk berhenti mengirim tentara bayaran untuk mendukung Brigadir Jenderal Khalifa Haftar, AFP melaporkan pada Rabu (20/5/2020).
“Kami tetap sangat prihatin dengan laporan bahwa pihak-pihak eksternal terus menyediakan bahan, peralatan, [dan] tentara bayaran,” kata Jonathan Allen, wakil perwakilan tetap Inggris untuk PBB.
Ini muncul setelah sebuah laporan PBB mengonfirmasi keberadaan para pejuang Rusia dan Suriah di Libya.
“Kegiatan Grup Wagner terus memperburuk konflik dan memperpanjang penderitaan rakyat Libya,” kata Allen.
“Semua aktor yang terlibat dalam konflik di Libya harus segera menangguhkan operasi militer,” kata Duta Besar Amerika Kelly Craft.
Bulan lalu, Rusia dituduh oleh menteri dalam negeri Libya melakukan serangan kimia di Libya.
Tentara bayaran Rusia menggunakan gas saraf melawan pasukan yang setia kepada pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung PBB, di daerah Salah Al-Din di Tripoli selatan, Menteri Dalam Negeri Fathi Bashagha mengatakan kepada wartawan.
Grup Wagner Rusia adalah salah satu organisasi paling kontroversial di antara tentara bayaran. Dimiliki oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut Bloomberg, Grup Wagner membawa lebih dari 1.000 milisi ke Libya, termasuk pilot Rusia yang melatih pasukan Haftar dan pesawat perang jenis Sukhoi-22 Rusia yang terlihat di langit Libya.
Tentara bayaran yang sebelumnya memiliki pengalaman di Ukraina juga berjuang di garis depan di Libya, menurut Euronews.
Januari lalu, Presiden Turki Recep Erdogan mengatakan bahwa lebih dari 2.000 tentara bayaran Wagner saat ini berperang di Libya.
Namun Putin membantah bahwa ada prajurit Rusia di Libya yang bertindak atas nama negara atau menerima pembayaran dari Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)