LONDON (Arrahmah.com) – Belum ada keputusan yang diambil mengenai penggunaan helikopter Apache milik Inggris dalam misi militer Barat ke Libya, pemerintah Inggris menegaskan, dikutip oleh Guardian, Rabu (25/5/2011).
Pernyataan ini bertentangan dengan klaim yang dikeluarkan oleh seorang menteri Perancis beberapa waktu lalu.
Menteri Pertahanan Inggris, Nick Harvey, terpaksa untuk menjelaskan situasi itu kepada anggota parlemen ketika Partai Buruh mengajukan pertanyaan mendesak tentang “eskalasi” dari misi yang dipimpin oleh NATO di Libya.
Pihak oposisi mengeluh bahwa parlemen sedang menyembunyikan sesuatu setelah menteri pertahanan Perancis, Gerard Longuet, mengatakan Inggris akan mengikuti Perancis dalam menyebarkan helikopter ke negara Afrika Utara itu.
“Inggris, yang memiliki aset sama dengan kami, juga akan melakukan hal serupa secepatnya. Inilah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Inggris,” kata Longuet pada wartawan dalam pertemuan Uni Eropa pada hari Senin (24/5).
Tapi Harvey hanya mengatakan, “Yang saya tahu bahwa memang Perancis memang mengambil keputusan untuk mengerahkan helikopter mereka di Libya.”
“Saya menyatakan lagi untuk menghindari keraguan dari semua pihak: keputusan tersebut harus diambil oleh Kerajaan Inggris. Ini adalah pilihan yang sedang kami pertimbangkan dan sama sekali tidak ada gunanya parlemen menyembunyikan mengenai keputusan ini.”
Penggunaan helikopter ini tidak akan menyebabkan eskalasi penyerangan, dia bersikeras, tetapi hanya sebuah pergeseran taktis untuk meningkatkan kemampuan dalam menyerang target yang tepat.
Dia berbicara saat Menteri Pertahanan Perancis mengatakan pesawat tempur RAF Tornado dan Typhoon menyerang sebuah depot kendaraan besar militer dalam kompleks Muammar Gaddafi di ibukota Tripoli. (althaf/arrahmah.com)