NEW DELHI (Arrahmah.com) – Indonesia menawarkan sembilan area investasi kepada perusahaan India yang dapat membawa keuntungan bagi kedua pihak.
Tawaran itu disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada forum bisnis di New Delhi, Selasa (25/1/2011), yang dihadiri 500 pengusaha India yang tergabung dalam Associated Chambers of Commerce and Industry of India (Assocham), Confederation of Indian Industry (CII), dan Federation of Indian Chambers on Commerce and Industry (FICCI).
“Ada banyak area kerja sama, tapi akan saya tekankan khususnya sembilan sektor,” kata Presiden dalam sambutannya yang disampaikan dalam Bahasa Inggris.
Presiden menyebutkan dua area pertama adalah infrastruktur dan transportasi seperti pembangunan pembangkit listrik, pelabuhan, jalan raya, dan bandara.
Untuk itu, Kepala Negara menjanjikan revitalisasi iklim investasi yang dapat menarik pihak swasta seperti penyederhanaan birokrasi dan peraturan bagi swasta yang ingin berinvestasi di bidang infrastruktur.
Selain itu, kata Presiden, pemerintah Indonesia juga menyiapkan jaminan untuk skema pendanaan serta peraturan tentang penggunaan tanah untuk pembangunan proyek infrastruktur.
Area ketiga, menurut Presiden, adalah teknologi informasi dan komunikasi karena Indonesia dan India bisa saling bertukar pengalaman dalam menghubungkan komunikasi di negara luas yang berpenduduk banyak.
“Kekuatan India dalam bidang ini, saya melihat potensi besar untuk kerja sama di bidang ini,” ujarnya.
Area keempat adalah industri makanan beserta riset dan teknologi untuk pengembangan bidang tersebut. Presiden mencontohkan nilai tambah yang bisa dinikmati oleh Indonesia dan India melalui impor minyak sawit yang saat ini banyak dilakukan oleh India dari Indonesia.
Area kelima, lanjut Presiden, adalah bidang energi termasuk pengembangan energi terbarukan bagi kebutuhan Indonesia dan India. Presiden menjanjikan insentif dari pemerintah bagi perusahaan yang berminat mengembangkan energi geothermal dan energi bersih lainnya.
Area keenam adalah industri pertambangan diikuti oleh sektor manufaktur sebagai area ketujuh
Area kedelapan adalah industri kreatif yang menurut Presiden menyediakan ruang luas bagi kontak antara masyarakat India dan Indonesia guna saling berbagi kekayaan warisan budaya.
“Akan ada kolaborasi antara musisi Indonesia dan India, desainer pakaian, arsitek, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Area kesembilan adalah bidang pelatihan, pendidikan, serta inovasi karena India memiliki kekuatan di bidang riset dan teknologi yang bisa dipelajari oleh Indonesia.
Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono menyampaikan harapannya agar hubungan ekonomi antara Indonesia dan India dapat lebih dipererat.
Nilai perdagangan antara Indonesia dan India mengalami kenaikan dari 4 miliar dolar AS pada 2005 menjadi 12 miliar dolar AS pada 2010. Dalam lima tahun ke depan nilai itu diharapkan naik menjadi dua kali lipat pada angka 25 miliar dolar AS.
Sementara itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyatakan optimismenya bahwa target tersebut dapat dicapai.
“Intinya dalam lima tahun nilai perdagangan kita dengan India naik tiga kali lipat, jadi lima tahun ke depan diharapkan naik dua kali lipat. Apalagi kalau investasi itu jalan karena investasi mendorong perdagangan juga,” katanya.
Optimisme Mendag didasari oleh pertumbuhan ekonomi India yang berada pada kisaran tujuh dan delapan persen sehingga akan menimbulkan permintaan yang cukup tinggi.
Menurut Mari, investasi India di Indonesia bisa dilihat dalam skala yang lebih luas untuk memenuhi pasar Asia Tenggara.
Selain itu, Mari juga yakin hubungan dagang Indonesia-India dapat lebih diperluas untuk mencari nilai tambah dari ekspor dan impor barang mentah yang saat ini dilakukan oleh kedua negara.(ant/arrahmah.com)