JAKARTA (Arrahmah.com) – Indonesia yang disebut-sebut sebagai salah satu satu bintang pasar emerging market, ternyata merupakan negara terkorup dari 16 negara tujuan investasi di Asia Pasifik, demikian survei bisnis yang dirilis Political & Economic Risk Consultancy (PERC), Senin (8/3).
Dalam survei tahun 2010 ini, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara terkorup dengan mencetak skor 9,07 dari nilai 10. Angka ini naik dari 7,69 poin tahun lalu.
Posisi kedua ditempati Kamboja, kemudian Vietnam, Filipina, Thailand, India, China, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Makao, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, Australia dan Singapura sebagai negara yang paling bersih.
Survei yang melibatkan 2.174 orang eksekutif tingkat menengah dan senior di Asia, Australia dan Amerika Serikat ini, melihat bagaimana korupsi berdampak pada berbagai tingkat kepemimpinan politik dan pamong praja, dan lembaga-lembaga utama. Survei juga juga meneliti bagaimana korupsi mempengaruhi lingkungan bisnis secara keseluruhan.
Mengenai Indonesia, lembaga yang berbasis di Hongkong menyebutkan, dengan merajalelanya korupsi di semua level, perang korupsi yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah terhambat politisasi isu yang dilakukan oleh pihak yang merasa terancam oleh aksi yang dilakukan SBY.
“(Hasil) korupsi digunakan oleh para koruptor untuk melindungi mereka sendiri dan untuk melawan reformasi. Seluruh perang terhadap korupsi terancam bahaya,” sebut laporan itu.
Untuk diketahui saja, sebelumnya Reuteurs melihat, kasus Century merupakan pertarungan antara kubu reformasi dan anti reformasi. Reuters menilai Menkeu Sri Mulyani telah melakukan reformasi birokrasi untuk membersihkan para pejabat korup di Direktorat Pajak dan Direktorat Bea Cukai yang berada di bawah Kementrian yang dipimpinnya.
Menurut Reuters, dengan mengutip seorang investor AS di Indonesia, para investor sangat khawatir dengan para politisi Indonesia yang lebih tertarik untuk bertarung memperebutkan kekuasaan dari pada mendukung proses reformasi.
“Kehilangan seorang reforman akan membuat investor khawatir bahwa Indonesia akan kembali ke kapitalisme kroni, yang akan sangat menyakitkan bagi para investor dan sebagian besar bangsa Indonesia, setidaknya bagi mereka yang bukan dari bagian para taipan atau secara politis berhubungan baik ataupun keduanya,” ungkap investor yang enggan disebut namanya ini. [hidayatullah/arrahmah.com]