JAKARTA (Arrahmah.com) – Pemerintah Indonesia mengirim bantuan sebesar 2 juta USD (Rp23,2 miliar) untuk korban bencana Topan Haiyan di Filipina. Bantuan itu berupa 75 ton logistik dan uang tunai sebesar 1 juta USD, sebagaimana dirilis oleh BBC, Rabu (13/11/2013).
Sementara itu, sulitnya akses ke berbagai wilayah di Pulau Leyte, Filipina tengah, menjadikan masih banyak korban bencana yang belum mendapatkan bantuan makanan, air maupun medis.
Wartawan BBC Alice Budisatrijo yang saat ini berada di lokasi bencana, di kota Tacloban, kota berpenduduk 220.000 jiwa yang terletak di Leyte, mengatakan situasi di sana sangat memprihatinkan.
“Kerusakannya mengingatkan ke Aceh pasca tsunami 2004. Hampir tidak ada rumah atau bangunan yang atapnya utuh,” kata Alice dalam email pada Rabu (13/11).
“Dengan turunnya hujan deras hampir sepanjang hari ini, keadaan masyarakat yang tidak ada atap di atas kepalanya tambah sengsara. Pada hari kelima setelah badai ini masih banyak mayat korban yang tergeletak di pinggir jalan, hanya ditutup seadanya dengan terpal dan seng dari bangunan/rumah yang rusak,” ujarnya.
Alice mengatakan listrik, air bersih dan sinyal telepon masih belum ada. Masyarakat juga mulai panik karena tidak ada makanan dan minuman.
Upaya ekspatriat
Dari Jakarta, sejumlah ekspatriat asal Filipina aktif menyebarkan informasi mengenai situasi di lokasi bencana dan bagaimana cara membantu para korban.
Salah satunya adalah Jet Damazo-Santos yang kakaknya tinggal di Pulau Leyte, salah satu daerah korban gempa terparah.
“Situasinya sangat menyedihkan, transportasi dan komunikasi sangat terbatas, tidak ada listrik… masih ada banyak daerah yang tidak bisa dijangkau oleh pemerintah dan regu penolong seperti kabupaten kakak saya di Palo, di luar Tacloban,” kata Jet.
Pada hari Selasa, PBB mengumumkan permohonan bantuan sebesar 301 juta USD untuk membantu para korban. Sebelumnya PBB sudah memberikan 25 juta USD untuk bantuan darurat pasca hantaman topan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan 11,3 juta orang di Filipina membutuhkan makanan, obat-obatan, pendidikan dan tempat tinggal
Polisi, menurut dia, menjaga supermarket dan toko yang sempat dijarah oleh warga yang mencari makanan dan minuman, tetapi belum terlihat polisi/militer/pemerintah yang membagikan bantuan yang cukup kepada masyarakat.
“Saya sempat melihat satu tempat pembagian beras dan bensin dimana masyarakat harus mengantri ratusan meter untuk mendapat bagian,” kata Alice.
“Relawan yang sempat kami temui mengatakan mereka siap membagi bantuan tetapi karena kerusakan jalan dan belum adanya tempat yang memadai maka bantuan tersebut belum dapat disalurkan,” tambahnya. (ameera/arrahmah.com)