JAKARTA (Arrahmah.com) – Melalui juru bicara Kemeterian Luar Negeri Michael Tene, pemerintah Indonesia mengecam Arab Saudi terkait eksekusi mati TKI di Arab Saudi pada Sabtu (18/6/2011).
Berdasarkan sumber dari laman alriyadh.com, Ruyati, TKW Indonesia, dipancung di Mekah, kemarin, Sabtu (18/6). Ruyati dihukum mati setelah mengakui telah membunuh majikannya, seorang wanita asal Arab Saudi, Khairiya binti Hamid Mijlid pada 2010 silam. Namun tidak jelas latar belakang mengapa Ruyati membunuh wanita tersebut.
Hingga kini, belum diketahui motif pembunuhan yang dilakukan Ruyati. Beberapa media resmi Arab hanya melaporkan wanita asal Indonesia bersalah membunuh dengan menyerang korbannya berulang kali pada kepala dan menikam bagian leher menggunakan pisau dapur.
“Tanpa mengabaikan sistem hukum yang berlaku di Arab saudi, pemerintah Indonesia mengecam bahwa pelaksanaan hukuman mati terhadap Ruyati tidak diinformasikan kepada KBRI kita di Riyadh sebelumnya,” kata Michael di Jakarta, Ahad (19/6).
Michael menjelaskan selama ini KBRI di Ryadh mengetahui kasus yang dialami Ruyati dan sudah mencoba berbagai cara untuk melindungi TKI tersebut, baik mendampinginya selama persidangan maupun mengusahakan untuk mendapat pengampunan dari keluarga korban. Namun, KBRI Riyadh sama sekali tidak diberi tahu mengenai waktu eksekusi Ruyati.
“Eksekusi tersebut dilakukan tanpa mengindahkan praktik internasional yang berlaku terkait dengan hak tahanan asing untuk mendapat bimbingan kekonsuleran,” kata Michael.
Sebagai respon atas kasus ini, dalam waktu dekat pemerintah Indonesia akan melayangkan surat kepada Duta Besar Arab Saudi di Indonesia, yang berisi mengenai sikap pemerintah terhadap eksekusi Ruyati.
Sementara itu, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Rieke Dyah Pitaloka menilai pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono soal buruh di Markas PBB di Jenewa sia-sia belaka setelah salah seorang TKI mendapatkan hukuman pancung di Arab Saudi. “Pidato SBY itu hanya obituari buat TKI,” ujarnya, Minggu (19/6).
Rieke menyesalkan lambannya pemerintah dalam merespon kasus hukuman yang menimpa Ruyati binti Satubi di Arab Saudi. Padahal, dalam pidato di Jenewa, Swiss, SBY berjanji memperhatikan kesejaherataan terhadap tenaga kerja Indonesia.
Rieke menilai, kembali terulangnya tenaga kerja Indonesia yang menjadi korban di negara kaya minyak itu menegaskan lemahnya posisi tawar pemerintah. “Pemerintah hanya menerima kabar duka, tanpa melakukan upaya banding terlebih dahulu,” ujarnya. (dbs/arrahmah.com)