JAKARTA (Arrahmah.com) – Indonesia dinilai maju dalam pembangunan kependudukan, keluarga bencana (KB) dan persiapan pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs) di 2015, kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief.
Sugiri mengatakan hal itu di Jakarta, Minggu (3/5) petang, didampingi Ketua Asian Population and Development Association (APDA) Yasuo Fukuda dan Ketua Indonesian Forum Parliamentarians on Population and Development (IFPPD) Hj Aisyah H Baidlowi.
Seusai penutupan pertemuan ke-25 Forum Parlemen Asia tentang Kependudukan dan Pembangunan tersebut, Sugiri mengatakan, kemajuan pencapaian pembangunan kependudukan Indonesia antara lain ditandai dukungan DPR terhadap pemerintah dalam anggaran dan program KB.
APBN BKKBN terus naik dimulai tahun 2006 yakni Rp 700 miliar, tahun 2007 menjadi Rp 1,04 triliun, tahun 2008 Rp1,2 trilun dan tahun 2009 sebesar Rp1,6 triliun.
Sedangan persiapan pencapaian MDGs tahun 2015, Indonesia berhasil menurunkan angka kematian ibu melahirkaan dari 306 pada tahun 2000 menjadi 226 per 100.000 kelahiran pada 2008, dan angka kematian bayi juga murun dari 36 menjadi 34 per 1000 kelahiran pada periode yang sama.
Pencapaian MDGs untuk peningkatan kesejahtreraan penduduk yaitu program Bantuan Tunai Langsung (BLT), program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) dan pendidikan gratis sembilan tahun di SD dan SMP, serta program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas).
Dalam rapat tahunan Parlemen Asia (The 25th Asian Parliamentarians` Meeting on Population and Development of ICPD+15) yang diikuti 100 peserta, Sugiri berharap agar para anggota parlemen, pemerhati dan LSM dari negara Asia dan Pasifik untuk terus meningkatkan komitmen program pembangunan kependudukan dan KB bagi negaranya, agar penduduk dunia khususnya Asia tumbuh dengan seimbang dan berkualitas.
Indonesia sendiri, katanya, sejak tahun 1970 telah melaksanakan program KB ditandai penurunan pertumbuhan penduduk dari 2,7 persen pada 1970 menjadi 1,3 persen per tahun pada 2009, serta angka keseburuan wanita (TFR – Total Fertility Rate) juga menuurun dari 5,6 anak pada 1970 menjadi 2,6 anak pada saat ini.
Indonesia yang saat ini berpenduduk 230 juta jiwa itu menargetkan jumlah penduduk pada tahun 2050 sekitar 250 juta jiwa dengan syarat TFR turun menjadi 1,3 anak, sedang jika TFR hanya 1,8 anak maka jumlah penduduk 290 juta jiwa dan jika TFR hanya 2,3 anak, maka jumlah pada 2050 menjadi 330 juta jiwa.
Sementara itu Ketua IFPPD yang juga anggota Komisi IX DPR RI Aisyah H Baidlowi mengatakan, parlemen Indonesia mendukung program pembangunan sebagaimana kesepakatan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo 1994 dan Kesepakan Negara anggota PBB tentang MDGs tahun 2000 di New York, khususnya peningkatan anggaran untuk program KB dan kesehatan termasuk pemberantasan penyakit menular, TBC, malaria dan HIV/AIDS.
Sedangkan untuk negara Asia dan Pasifik dilaporkan pencapaian MDGs tahun 2015 ada mengalami kemajuan seperti Indonesia, Australia dan Selandia Baru, namun ada beberapa negara yang belum maju karena keterbasan anggaran seperti India.
Oleh karena, rapat tahunan ke-25 Parlemen Asia tentang kependudukan dan pembangunan, selama 2-3 Mei 2009 di Jakarta, menghasilkan rencana aksi bahwa peserta rapat dari setiap negara akan meningkatkan peran swasta dan masyarakatan dalam pembangunan kependukan dan KB, program pencapaian MDGs khususnya kesehatan dan keamanan makanan.
Selain itu, setiap peserta rapat juga sepakat meningkatkan jejaring (networking) antaranegara guna tukar menukar pengalaman dalam persiapan pencapaian program MDGs 2015, serta menyiapkan materi dari setiap negara Asia dalam konferensi internasional kependudukan (ICP) di Kairo, Oktober 2009. (Althaf/antr/arrahmah.com)