JAKARTA (Arrahmah.id) – Indonesia dan Malaysia sama-sama memanggil utusan India di negara mereka terkait pernyataan menghina tentang Nabi Muhammad oleh dua pejabat dari partai yang berkuasa di negara Asia Selatan itu, kata kementerian luar negeri dua negara pada Selasa (7/6/2022).
Itu terjadi ketika kemarahan menyebar ke seluruh dunia Arab dan Muslim, dengan berbagai negara Timur Tengah memanggil utusan New Delhi dan supermarket Kuwait menghapus produk-produk India.
Pernyataan juru bicara Partai Bharatiya Janata Party (BJP) yang sejak itu ditangguhkan, memicu kehebohan. Pejabat lain, kepala media partai untuk Delhi, memposting tweet minggu lalu tentang Nabi yang kemudian dihapus.
Juru bicara kementerian luar negeri Indonesia Teuku Faizasyah mengatakan kepada AFP bahwa duta besar India di Jakarta, Manoj Kumar Bharti, dipanggil pada Senin (6/6), dengan pemerintah mengajukan keluhan tentang retorika anti-Muslim.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter, kementerian tersebut mengatakan Indonesia –negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar– “sangat mengutuk pernyataan menghina yang tidak dapat diterima” yang dibuat oleh “dua politisi India” terhadap Nabi Muhammad.
Tweet itu tidak menyebutkan nama para pejabat tetapi merupakan referensi yang jelas kepada juru bicara BJP Nupur Sharma dan kepala media partai Delhi Naveen Jindal, yang dikeluarkan dari BJP, menurut laporan media India.
Malaysia juga “tanpa syarat mengutuk pernyataan menghina” oleh para politisi India, kementerian luar negerinya mengatakan dalam sebuah pernyataan Selasa malam, menambahkan bahwa mereka telah menyampaikan “penolakan total” kepada utusan India.
“Malaysia menyerukan India untuk bekerja sama dalam mengakhiri Islamofobia dan menghentikan tindakan provokatif untuk kepentingan perdamaian dan stabilitas,” katanya.
Partai Modi, yang dalam dekade terakhir telah membangun dominasi di India dengan memperjuangkan identitas Hindu, sering melakukan kebijakan diskriminatif terhadap minoritas Muslim di negara itu.
Pada Ahad, mereka menangguhkan Sharma karena mengungkapkan “pandangan yang bertentangan dengan posisi partai” dan mengklaim “menghormati semua agama.” (haninmazaya/arrahmah.id)