MEDAN (Arrahmah.com) – Indo Barometer mengumumkan hasil survei nasional bahwa 55,5 persen masyarakat tidak merasakan adanya perubahan kondisi bangsa antara sebelum dengan sesudah reformasi. Dalam survey tersebut Presiden Soeharto menempati urutan pertama sebagai presiden yang paling disukai publik.
Sebanyak 36,54 persen dari 1.200 responden di seluruh Indonesia memilih Presiden Soeharto. Di bawah Soeharto barulah SBY. Dan berturut-turut Soekarno, Megawati, dan BJ Habibie serta Gus Dur.
Pemerintah seharusnya bersikap positif dalam menganggapi hasil survei terhadap kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang dikeluarkan lembaga survei Indo Barometer, bukan untuk dibantah apalagi direndahkan, demikian yang diungkapkan pengamat politik dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Dadang Darmawan, kepada ANTARA News di Medan, Selasa (17/5/2011).
Menurut dia, pemerintah tidak perlu menyoal penilaian masyarakat yang terungkap melalui hasil survei, karena yang terpenting adalah bagaimana terus berupaya dan bekerja keras membangun bangsa dan negara. Pemerintah sebaiknya menjadikan hasil survei sebagai pijakan untuk melihat realita di lapangan. Kalau benar adanya, tentu harus dilakukan perbaikan-perbaikan dan terus berupaya agar masyarakat benar-benar puas dengan kinerja pemerintah.
Menurut Dadang Darmawan, Indo Barometer tentu tidak akan sembarangan melakukan survei. “Sebuah lembaga survei tidak akan mungkin asal-asalan menggunakan data yang tidak benar hanya untuk mendiskreditkan pemerintah,” ujarnya.
“Bila perlu pemerintah mengajak lembaga-lembaga survei bekerja sama terkait hasil survei mereka, dan kemudian melakukan perbaikan-perbaikan demi kepentingan bangsa dan Negara. Jadi, tidak perlu ada bantahan, karena bantahan sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah,” katanya menambahkan. (rasularasy/arrahmah.com)