BELANDA (Arrahmah.com) – Tantangan aturan imigran yang lebih ketat kini, para pendatang Muslim yang datang ke Belanda terus berkembang di negara Eropa tersebut, berhasil berintegrasi dan menjalani hidup sebagai orang-orang berpendidikan dan profesional.
“Jika anda pergi ke Universitas Applied Sciences, anda akan melihat banyaknya Muslim di sana,” kata Ahmad El Yamaani, seorang editor IslamMagazine, kepada Toronto Star.
Datang ke Belanda dari Yaman pada usia 9 tahun, El Yamaani yang sekarang berusia 24 tahun hidup dengan baik di negara Eropa itu sebagai seorang yang profesional dan berpendidikan baik.
Saat ini, ia memiliki dua pekerjaan di bidang komputer pada posisi tinggi di majalah dakwah tersebut, yang diterbitkan oleh Masjid El Tawheed.
“Mereka ingin melihat hasil. Dan ketika mereka melihat anda adalah orang baik, dan anda seorang Muslim atau seorang Arab, pikiran mereka dapat berubah.”
Mengintegrasikan diri di masyarakat, El Yamaani dapat mengatasi semua keputusan yang diambil selama beberapa tahun oleh pemerintah Belanda terhadap para imigran, terkhusus Muslim.
Pemerintah Belanda, yang ditopang oleh politisi fasis Geert Wilders, terkenal sangat gencar berkampanye melawan Islam dan kaum Muslimin, seperti memeras visa para imigran dan melarang Muslimah memakai cadar di tempat-tempat umum.
Peraturan bagi imigran yang amat ketat, membuat para imigran, terutama Muslim yang menjadi target, sulit untuk tiba maupun menetap di Belanda. Langkah-langkah diskriminasi itu telah menyebabkan penurunan luar biasa dalam kewarganegaraan para imigran.
Langkah-langkah provokatif terbaru secara efektif dapat mendeportasi mereka yang tidak dapat lulus dalam tes integrasi sipil yang sulit.
Sebelumnya, seorang warga negara asing dapat tinggal di Belanda, mereka harus menjalani tes di luar negeri. Tes itu menjadi lebih sulit dengan pembacaan bahasa Belanda dan elemen pemahaman ditambahkan tahun lalu, dan standar kelulusan telah ditingkatkan.
Orang-orang asing dari luar negara Uni Eropa, yang ingin menetap di Belanda, harus mengambil tes integrasi kewarganegaraan setelah mereka tiba di Belanda. Biayanya sekitar 300 USD dan memiliki beberapa sesi. Ujian lisan dalam bahasa Belanda meminta para pendatang baru menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui telepon ke komputer.
Meskipun demikian, dan meskipun tumbuhnya provokasi anti-imigran, umat Islam di Belanda berperan dalam kehidupan sosial masyarakat Belanda, mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang baik serta dapat melakukan dakwah tentang Islam, sebagaimana di negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman, Inggris, Austria, Belgia dan lain-lain di mana Islam kian berkembang meskipun kampanye anti-Islam sering menyerang mereka. (siraaj/arrahmah.com)