JAKARTA (Arrahmah.id) – KFC telah mengurangi operasinya di Malaysia dengan menutup lebih dari 100 gerai restoran untuk sementara waktu, setelah berbulan-bulan boikot terhadap bisnis-bisnis yang terkait dengan AS yang dipicu oleh perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
QSR Brands, yang memiliki dan mengoperasikan waralaba makanan cepat saji KFC di Malaysia, menutup 108 gerai di seluruh negeri, kata harian berbahasa Mandarin Nanyang Siang Pau, seperti dikutip oleh The Straits Times, Senin (29/4/2024).
Seorang sumber di QSR, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa perusahaan melihat boikot ini sebagai kesempatan untuk menghentikan beberapa operasi gerai KFC yang telah membebani neraca keuangan mereka.
Berdasarkan pantauan The Straits Times terhadap tiga gerai di Jalan Ipoh, Jalan Sultan, dan Taman Melawati, kesemuanya di Kuala Lumpur, terlihat tanda-tanda yang menyatakan bahwa gerai-gerai tersebut ‘ditutup sementara’.
Kotak-kotak terlihat ditumpuk di dalam restoran. Para pekerja di gerai-gerai yang berdekatan mengatakan bahwa mereka tutup seminggu yang lalu karena kurangnya pelanggan.
“KFC tidak termasuk dalam daftar perusahaan yang menjadi target BDS. Namun, banyak orang Malaysia melihat operator makanan cepat saji AS terkait dengan Israel termasuk KFC,” kata Profesor Mohd Nazari Ismail, ketua kelompok pro-Palestina Boycott, Divestment, Sanctions Malaysia, kepada The Straits Times.
Sejak boikot dimulai pada Oktober 2023, KFC juga telah mengubah strategi brandingnya dengan memasang tanda di papan menu dan membagikan selebaran yang menekankan bahwa restoran tersebut dimiliki oleh Johor Corporation –yang merupakan milik pemerintah negara bagian Johor– untuk mengurangi boikot.
Terdapat lebih dari 600 restoran KFC di Malaysia, menurut situs web QSR.
KFC, bersama dengan beberapa merek lain yang berbasis di As seperti Starbucks dan McDonald’s, juga menghadapi boikot karena dianggap memiliki hubungan dengan Israel sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.
QSR juga mengoperasikan restoran KFC di Singapura, Brunei dan Kamboja, serta lebih dari 480 gerai Pizza Hut di Malaysia dan Singapura.
Negara Bagian Kelantan adalah yang paling parah terkena dampaknya dengan hampir 80 persen, atau hingga 21 gerai, menghentikan operasinya, diikuti oleh 15 gerai di Johor, laporan Nanyang Siang Pau.
Selangor, negara bagian yang paling terindustrialisasi di Malaysia, memiliki 11 cabang yang ditutup sementara, 10 di antaranya berlokasi di Shah Alam yang mayoritas penduduknya beretnis Melayu.
(ameera/arrahmah.id)