AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Barack Obama, Presiden baru AS, di hari pertamanya menandatangani perintah penutupan Penjara Guantanamo, sesuai dengan janji yang telah ia gembar-gemborkan di masa kampanye, menutup Guantanamo dan menghentikan seluruh perlakuan militer terhadap para narapidana.
Ia juga menetapkan Richard Holbrooke dan mantan senator George Mitchell untuk menjadi duta khusus bagi Afghanistan dan Timur Tengah.
Tindakan Obama mengenai penutupan Guantanamo merupakan satu langkah positif untuk memperkuat stabilitas di negerinya dan membawa perdamaian di dunia. Namun, bagaimana dengan isu lainnya seperti bagaimana Amerika akan memperluas perang melawan “terror” di Bagram, Abu Gharaib dan penjara lainnya yang sama kejam dengan Guantanamo? Benarkah ini inisiatif Obama dari dalam hatinya sendiri?
Perlu diingat, dalam keadaan terpenjara sekalipun, semangat mujahidin tidak akan pernah meredup oleh penculikan, aksi kekerasan, dan penciptaan neraka di Guantanamo.
Jika Obama benar-benar ingin membawa perdamaian dan stabilitas di dunia, ia mestinya tidak melakukan tindakan seorang diri dan perlu mengumumkan bahwa seluruh tindakan atau kebijakan setan yang telah dibuat oleh Bush, harus dihentikan.
Bush telah menciptakan sebuah proyek yang berdasarkan pada kebijakan setannya dan tanpa hukum legal apapun. Secara tidak legal, ia menyerang Afghanistan dan Irak, menumpahkan ratusan ribu darah Muslim di dua negeri muslim tersebut. Sepanjang delapan tahun kebijakannya, “orkestra” Bush melakukan banyak kejahatan terhadap ummat Islam dan pergerakan-pergerakan Islam di Timur Tengah dengan tujuan untuk melindungi sahabatnya, zionis Israel.
Sialnya, tindakan gila Bush, disetujui oleh sejumlah pemimpin bodoh. Seperti Blair, ketika Bush mencari sekutu untuk memerangi negeri Islam dengan dalih perang melawan terror.
Sekarang, jika Obama. Menurut pidato pertamanya, benar-benar ingin membuka lembaran baru dalam berhubungan dengan dunia Islam, ia harus menghentikan seluruh kebijakan yang telah dilangsungkan oleh Bush.
Ia harus menarik seluruh pasukannya dari dua negeri muslim yang diduduki, Afghanistan dan Irak, dan ia juga harus mengakhiri dukungannya untuk Israel.
Obama harus menyadari bahwa meningkatkan jumlah tentara sama saja dengan meneruskan perang melawan Islam dan ia tak ada bedanya dengan Bush.
Kini, negara Amerika tengah bergulat dengan permasalahan ekonomi sebagai akibat kebijakan militernya yang membengkakkan anggaran negara. Ini merupakan ancaman besar bagi Amerika.
Oleh karena itu, untuk menghindari nasib yang sama denganUni Soviet dahulu, penting bagi Obama untuk mengambil langkah tegas demi stabilitas dalam negerinya. Langkah-langkah tersebut, jika diambil, akan melindungi perekonomian Amerika. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)