KABUL (Arrahmah.id) – Wakil Perdana Menteri untuk Urusan Politik, Mawlawi Abdul Kabir, menyatakan bahwa Imarah Islam Afghanistan mengupayakan stabilitas di kawasan dan dunia.
Mawlawi Abdul Kabir, dalam acara wisuda mahasiswa di Universitas Politeknik Kabul, mengatakan bahwa perintah dan tekanan negara-negara dunia tidak dapat diterima.
Pejabat senior Imarah Islam ini menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang akan diizinkan untuk menggunakan tanah Afghanistan untuk melawan negara lain, lansir Tolo News (30/4/2024).
“Imarah Islam mendukung perdamaian dan stabilitas di kawasan dan dunia, dan kami tidak mengizinkan siapa pun untuk menyalahgunakan tanah kami. Imarah Islam tidak tunduk pada perintah atau tekanan siapa pun, sebaliknya, Imarah Islam menghargai peningkatan kapasitas staf akademis dan profesional. Lembaga pendidikan dan guru harus mendidik generasi muda negara ini dalam kerangka nilai-nilai Islam dan nasional,” kata Mawlawi Abdul Kabir.
Penjabat Menteri Wakil dan Kebajikan, yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut, menyatakan bahwa era warlordisme di negara ini telah berakhir, dan sekarang semua orang Afghanistan bersatu di bawah payung pemerintah Islam.
Menurut Mohammad Khalid Hanafi, Imarah Islam tidak menentang pendidikan modern, dan mereka ingin para pelajar mempelajari ilmu agama bersamaan dengan ilmu pengetahuan modern.
“Negara ini sekarang telah mengakhiri era panglima perang, faksionalisme, perpecahan etnis, dan keberpihakan, dan kita semua adalah satu bangsa Afghanistan,” katanya.
Penjabat Menteri Pendidikan Tinggi mengatakan bahwa masyarakat membutuhkan individu-individu yang berkualitas baik dalam ilmu pengetahuan modern maupun agama, dan Imarah Islam Afghanistan sangat memperhatikan bidang ini.
“Untuk kemakmuran dan kemajuan negara, masyarakat ini membutuhkan para sarjana, hafiz, mufti, dokter, insinyur, hakim, dan imam shalat berjamaah, yang tanpanya kita tidak bisa mandiri,” kata Neda Mohammad Nadim.
Latifullah Khairkhwa, wakil dari Kementerian Pendidikan Tinggi, mengatakan pada acara tersebut: “Saya berjanji kepada Anda bahwa kami akan menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan kapasitas akademik di universitas.”
Menurut informasi dari Universitas Politeknik Kabul, 550 insinyur dari 17 bidang yang berbeda telah diwisuda.
Para lulusan ini meminta pemerintah pengasuh untuk memberikan mereka kesempatan kerja di dalam negeri sehingga mereka dapat melayani bangsa dan rakyatnya. (haninmazaya/arrahmah.id)