Arrahmah.Com – “TIDAK untuk bersedih. Bergembiralah, karena aku dan kawan-kawan telah melakukan transaksi sesuai dengan firman Allah. Itulah sebuah kemenangan besar. Sampai maut menjemput, aku tidak pernah menyesali.
Aku tidak ingin memohon grasi kepada hukum kafir. Kugenggam, kugigit kuat- kuat Islam.” sepenggal pernyataan Imam Samudera, kata Lulu Jamaludin, adik kandungnya.
Dalam pertemuannya, Lulu juga sempat bertanya sekaligus berdiskusi tentan alasan kakak kandungnya ini memilih Bali sebagai tempat berjihad. Imam Samudera, kata Lulu, menyatakan pertanyaan itu bukanlah persoalan enteng untuk bisa dijawab.
“Yang jadi sasaran utama adalah bangsa penjajah seperti Amerika serta para sekutunya yang berkumpul di Bali. Jadi, bukannya tempat sasaran. Adanya pembantaian massal terhadap umat Islam di Afghanistan pada bulan Ramadhan tahun 2001. Bangsa-bangsa penjajah membantai bayi-bayi tak berdosa,” kata Imam Samudera.
Imam Samudera meyakini, perjalanan hidup di dunia adalah untuk menuju perjalanan berikutnya, Surga. “Siapa yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Itulah kemenangan yang benar,” tegas Imam Samudera.
Dalam kesempatan bertemu dengan kakaknya itu, soal berita acara perkara (BAP) juga menjadi bahwa pembicaraan. Dalam tuntutannya, kata Lulu, Imam Samudera dianggap
memenuhi tuntutan pasal 15 Perpu, tindakannya memenuhi unsur kejahatan luar biasa.
“Aku sama sekali tidak gamang atau menjadi takut. Malah, aku berkata pada penyidik, mengganti kata-kata, sangat luar biasa. Kematian hanyalah sepenggal episode. Kemudian,
hidup kekal abadi. Para mukmin merasakan penderitaan serta kesakitan dan lara,” urainya.
“Begitu juga yang lain (kaum kafir). Tapi, ada bedanya. Kaum mukmin mendapat rahmat Allah, mereka tidak. Semoga Allah meneguhkanku di atas jalan Islam ini, sampai malaikat menjemput. Saksikanlah, kami adalah orang-orang muslim,” urai Imam Samudera.(bbs/kom)