Tim peneliti Korea Selatan mengaku berhasil menemukan gen yang bisa meningkatkan resiko stroke, yang terjadi saat pembuluh darah otak tersumbat.
Penyataan ini disampaikan ilmuwan Korea Selatan (Korsel) hari Rabu kemarin. Tim penelitian dari universitas Hallym Korea itu menyatakan gen syaraf Peptitide Y sangat berhubungan erat dengan peningkatan penggumpalan dan penyumbatan pembuluh darah yang bisa mengakibatkan sebagian besar stroke.
Pemimpin tim penelitian itu, Lee Chae-young menambahkan, gangguan susunan posisi DNA dalam gen syaraf Peptitide Y itu di dua tempat akan meningkatkan kesempatan stroke 5 hingga 7 kali lipat lebih banyak daripada biasanya.
Sebagaimana dikutip media Korea, tim peneliti mengumumkan hasil penelitian tersebut setelah melakukan penelitian terhadap 270 pasien penyakit stroke di Korea.
Sebagaimana diketahui, stroke adalah serangan mendadak pada otak akibat pembuluh otak tersumbat atau pecah. Biasanya kondisi ini akan diikuti dengan gejala seperti nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran dan kejang mendadak. Juga terjadi gangguan daya ingat, keseimbangan dan gangguan orientasi tempat, waktu dan orang.
Jenis stroke sendiri ada dua macam, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Pada stroke iskemik terjadi proses arteriosklerosis atau darah terlalu kental yang membuat pembuluh darah otak tersumbat. Sumbatan ini terjadi akibat lepasnya bekuan yang berasal dari lokasi lain. Sedangkan stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah akibat dinding pembuluh rapuh atau anomali-anomali bawaan pada usia muda.
“The silent killer”
Di Indonesia, jumlah penderita stroke kian meningkat dari tahun ke tahun. Jangan disepelekan, sebab penyakit ini sudah menjadi pembunuh nomor tiga di Indonesia setelah penyakit infeksi dan jantung koroner. Sekitar 28,5 persen penderita penyakit stroke di Indonesia meninggal dunia.
Di Eropa, stroke merupakan penyakit berbahaya kedua setelah penyakit jantung koroner. Di antara 100 pasien rumah sakit, sedikitnya dua orang merupakan penderita stroke. Jika tidak ditangani dengan segera maka penderita stroke bisa berakhir dengan kematian atau kecacatan, yakni lumpuh dimensial atau pikun dan gangguan lain seperti sulit bicara dan melakukan kegiatan lainnya.
Untuk mencegah “the silent killer” ini maka seseorang dianjurkan untuk mengurangi rokok, melakukan olah raga teratur, membatasi minuman beralkohol, dan menghindari stres berlebihan. Mereka yang berpotensi tinggi terkena stroke adalah penderita hipertensi, kencing manis, pecandu rokok dan alkohol, serta penderita stres berat.
Sumber: Hidayatullah