YERUSALEM (Arrahmah.com) – Pada Rabu (16/5/2018) pukul 10.30 pagi waktu setempat, Guatemala resmi membuka kedutaan baru di Yerusalem. Langkah ini diambil dengan mengikuti AS yang meresmikan kedutaannya dua hari sebelumnya, tepatnya pada Senin (14/5). Hal ini bukan lah sesuatu yang mengejutkan, karena Guatemala dikenal memiliki hubungan yang kuat dengan “Israel”, di mana pada tahun 1948 Guatemala bersama AS adalah dua negara yang mengakui kenegaraan “Israel”.
Jimmy Morales, Presiden Guatemala, tiba di Tel Aviv pada Selasa (15/5) menjelang upacara peresmian untuk memberikan sambutan. Tembok kota tua Yerusalem bahkan dihiasi oleh bendera Guatemala dan ucapan terima kasih kepada Morales, sebagaimana dilansir PNN.
Morales, yang seorang mantan komedian, menyatakan di akun Twitter-nya bahwa hari ini adalah ‘hari bersejarah’ dalam hubungan persahabatan antara Guatemala dan “Israel”. Bahkan Netanyahu merasa ‘terharu’ saat bendera Guatemala kembali berkibar di Yerusalem, setelah absen selama 38 tahun.
Pada tahun 1980, Guatemala menarik diplomatnya dari Yerusalem setelah Knesset mengumumkan UU Yerusalem yang kontroversial, di mana ia menyatakan bahwa kota Yerusalem – secara keseluruhan – sebagai ibu kota “Israel”. Resolusi Dewan Keamanan PBB 478 segera mengecam undang-undang yang dinilai dapat mengancam prospek perdamaian. Selain itu, PBB juga mendesak negara-negara yang menjadi anggota PBB untuk menarik diplomat mereka dari Yerusalem sebagai bentuk protes.
Angelina Solis, duta besar Guatemala untuk “Israel”, memuji keputusan negaranya untuk kembali ke Yerusalem dengan sebutan ‘pemberani’ dan ‘bersejarah, dia juga mengungkapkan bahwa ‘banyak berkah akan datang setelah keputusan ini diambil’. Karena Guatemala adalah salah satu negara dengan persentase umat Kristen evangelis tertinggi di dunia, maka ia yakin bahwa banyak orang yang akan setuju dengan sentimen pro-“Israel”nya.
Pengambilan waktu peresmian pada minggu ini bukan lah sesuatu yang kebetulan. Bertepatan dengan peringatan ke-70 hari Nakba, di mana sebanyak 750.000 warga Palestina dari rumah mereka, sehingga peringatan tersebut akan mengalihkan perhatian masyarakat internasional. Selain itu kematian tragis demonstran tak bersenjata di Gaza telah menyita perhatian publik dan mereka lebih fokus menyoroti kebrutalan tentara “Israel”. (Rafa/arrahmah.com)