GAZA (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Palestina Hamas siap mencapai gencatan senjata di Gaza. Ucapan itu dilontarkan seorang pejabat senior di kelompok pejuang Palestina itu yang memuji gencatan senjata yang terjadi di Lebanon.
“Kami telah memberi tahu mediator di Mesir, Qatar, dan Turki bahwa Hamas siap untuk perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan serius untuk menukar tahanan,” kata pejabat itu kepada AFP (27/11/2024).
Namun pejabat senior Hamas itu menuduh Israel menghalangi kesepakatan.
Kesepakatan gencatan senjata milisi Syiah Hizbullah dan Israel yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden itu membuka jalan untuk mengakhiri konflik di perbatasan Israel-Lebanon yang telah menewaskan ribuan orang sejak dipicu oleh perang Gaza pada tahun 2023.
Biden berbicara di Gedung Putih pada hari Selasa tak lama setelah kabinet keamanan Israel menyetujui perjanjian itu dengan suara 10-1. Ia mengatakan telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati, dan pertempuran akan berakhir pada pukul 4.00 pagi waktu setempat pada Rabu.
“Ini dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan secara permanen,” kata Biden.
“Apa yang tersisa dari Hizbullah dan organisasi teroris lainnya tidak akan dibiarkan mengancam keamanan Israel lagi,” ujar Biden.
Israel akan secara bertahap menarik pasukannya selama 60 hari saat tentara Lebanon menguasai wilayah dekat perbatasannya dengan Israel untuk memastikan bahwa Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana, kata Biden.
“Warga sipil di kedua belah pihak akan segera dapat kembali dengan aman ke komunitas mereka,” katanya.
Hizbullah belum secara resmi mengomentari gencatan senjata tersebut, tetapi pejabat senior Hassan Fadlallah mengatakan kepada TV Al Jadeed Lebanon bahwa meskipun mendukung perluasan otoritas negara Lebanon, kelompok itu akan bangkit dari perang dengan lebih kuat.
“Ribuan orang akan bergabung dalam perlawanan… Melucuti senjata perlawanan adalah usulan Israel yang gagal,” kata Fadlallah, yang juga merupakan anggota parlemen Lebanon.
Iran, yang mendukung Hizbullah, Hamas, serta milisi Syiah Houthi yang telah menyerang Israel dari Yaman, belum mengomentari gencatan senjata tersebut secara terbuka.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan di platform media sosial X bahwa kesepakatan tersebut adalah “puncak dari upaya yang dilakukan selama berbulan-bulan dengan otoritas Israel dan Lebanon, bekerja sama erat dengan Amerika Serikat”. (hanoum/arrahmah.id)