IDLIB (Arrahmah.id) — Partisipasi militer Chechnya yang dipimpin Ramzan Kadyrov memicu kontroversi luas di kalangan kelompok perlawanan Suriah. Para oposan rezim Bashar Assad ini menilai Kadyrov sebagai agen berbahaya dan anak manja Putin yang mengambil bagian dalam kejahatan kemanusiaan di bawah slogan-slogan agama yang palsu dan menipu.
Selain itu, dilansir Al Monitor (6/3/2022), mereka juga mengutuk Kadyrov dan tentaranya yang malah ikut berpartisipasi dalam invasi ke Ukraina dan bahkan mencapnya sebagai orang murtad kafir.
Sebuah sumber yang dekat dengan kelompok Hai’ah Tahrir al Syam (HTS) di Idlib mengatakan kepada Al Monitor dengan syarat anonim, “Orang-orang Chechnya yang berperang dengan tentara Rusia adalah orang-orang murtad. Mereka telah keluar dari agama Islam, sekalipun mereka mengaku sebagai Muslim yang berpuasa dan menunaikan shalat lima waktu. Mereka berpihak pada musuh yang terang-terangan menunjukkan permusuhan terhadap Islam. Menjadi sukarelawan di tentara Rusia adalah penghujatan dan kemurtadan.”
“Tentara Chechnya yang berpartisipasi dalam invasi Rusia ke Ukraina tidak berbeda dengan tentara Rusia. Mereka berdua adalah penjajah, tetapi para pejuang Chechnya secara keliru mengacungkan agama Islam. Mereka sebenarnya penipu dan telah melanggar moral Islam, yang menentang penjajah yang menghancurkan negara dan menggusur orang” tambahnya.
Pemimpin HTS Irak Maysara bin Ali, lebih dikenal dengan nama panggilannya, Abu Maria al Qahtani, mengatakan di Telegram, “Tidak diperbolehkan bagi muslim Chechnya untuk mendukung [negara] kriminal Rusia dalam memerangi Ukraina. Muslim di Chechnya seharusnya tidak mengikuti jejak Kadyrov dalam mendukung Putin. Rusia telah membunuh ribuan muslim dan masih membunuh mereka. Memperkuat Rusia di Ukraina berarti memperkuat penjahat. Kami meminta Allah untuk mengubah Ukraina menjadi kuburan bagi tentara Putin dan mereka yang mendukungnya.”
kelompok lain yang bersebrangan dengan HTS di Idlib pun memiliki pendapat yang sama mengenai partisipasi orang-orang Chechnya dalam perang Rusia melawan Ukraina.
Abu Hamza al Kurdi, seorang jihadis yang membelot dari HTS, juga mengatakan di Telegram, “Diantara orang-orang Chechen ini ada yang berperang, membunuh, dan melukai Rusia. Beberapa dari mereka bahkan kehilangan ayah, paman, saudara laki-laki atau kerabat dalam perang Rusia. Tapi mereka lebih cinta kekuasaan dan berubah menjadi tentara dan pelayan “tiran”.
Sheikh Abd al Razzaq al Mahdi, yang dekat dengan HTS di Idlib, mendesak tentara Chechnya untuk mengusir tentara Rusia dari negara mereka dan tidak berpartisipasi dalam perang melawan Ukraina.
“Sangat menyedihkan dan disayangkan bagaimana Kadyrov dan beberapa syekh dengan ajaran sesat menyesatkan para pemuda ini,” katanya di Telegram.
Mengomentari invasi Rusia ke Ukraina, sumber yang dekat dengan pejuang Chechnya di Jund al Sham mengatakan kepada Al Monitor dengan syarat anonim, “Anggota kami memantau dengan cermat perang Rusia di Ukraina. Mereka sangat kecewa dengan partisipasi orang-orang Chechnya dalam perang kotor Putin. Mereka menyalahkan Kadyrov, agen Rusia, karena melibatkan orang-orang Chechen dalam perang.”
Sumber itu menambahkan, “Para jihadis Chechnya di Idlib ingin menjadi bagian dari pejuang muslim yang memerangi Rusia di Ukraina, atau setidaknya diizinkan untuk berperang melawan pasukan rezim Suriah dan sekutunya Rusia di barat laut Suriah.” (hanoum/arrahmah.id)