Jakarta (Arrahmah.com) – Obama dalam membangun kebijakannya tidak luput diselimuti kebohongan-kebohongan publik, hal ini diungkapkan oleh Ikrar Nusa Bakti dalam Refleksi akhir tahun dengan Tema “Tahun Penuh Dusta, Masihkah Asa itu Ada?” bertempat di Kantor PP Muhammadiyah Jl.Menteng raya No.62 jakarta, Senin(19/12) ketika membahas berbagai macam kebohongan yang pernah dilakukan oleh pemimpin dunia.
Menurutnya, doktrin Obama yang mengatakan bahwa Asia-Pasifik adalah wilayah terpenting bagi Amerika Serikat adalah salah satu kebohongan. Karena bagaimanapun juga, Amerika Serikat memandang Eropa sebagai mandala utama, Timur tengah adalah mandala kedua, dan Asia adalah mandala pinggiran bagi kepentingan Amerika Serikat.
“Tapi gara-gara, kepentingan dalam bidang ekonomi dan dalam menghadapi China” Kata Ikrar yang merupakan Peneliti LIPI ini.
Ikrar menambahkan, bahwa ada beberapa kebohongan lagi yang dilakukan oleh Obama, diantaranya terkait keterlibatan Amerika dalam serangan terhadap Libya, dimana Obama berdalih demi melindungi rakyat Libya dari rezim dictator Khaddafi dan membangun demokrasi di Libya. Padahal menurut Ikrar itu bukanlah alasan sebenarnya.
“Jika ditelusuri seluruh serangan Amerika terhadap negara Arab, itu demi keamanan energy” ujarnya yang didaulat menjadi salah satu pembicara dalam refleksi akhir tahun tersebut.
Tak hanya itu, menurutnya slogan-slogan yang didengungkan oleh Amerika sejak tahun 1979 seperti responsibility protect dan to build democracy in the middle east hanyalah jargon-jargon politik untuk merebut simpati rakyat Amerika dan Kongres AS.
“kenyataannya serangan tersebut demi menghabisi negara-negara yang tidak sepaham dengan Amerika yang saat bersamaan kaya akan minyak” lontar Ikrar yang sebelumnya memaparkan kebohongan para presiden Amerika sebelum Obama.
Tak cukup disitu, Obama meneruskan kebohongannya dalam menjelaskan keberadaan pasukan 2.500 marinir di Darwin, Australia. Dengan mengatakan hanya sebagai kepentingan rotasi pasukan dan latihan penanganan bencana alam, serta tidak ada kaitan merespon situasi politk Asia tenggara dan terkait China, serta Papua.
Bahkan, Ikrar sempat diyakinkan oleh kedubes AS dengan mengatakan ‘ I guarantee, to twenty five hundred marines in Darwin is nothing to do china and papua” pada pertemuan dua hari yang lalu. Tetapi Ikrar hanya tersenyum dan tidak menaruh kepercayaan terhadap ucapan tersebut.
“Saya belajar bahwa diplomat itu memang dibayar mahal untuk berbohong” tukasnya yang disambut tepuk tangan dan tawa peserta yang hadir.
Sehingga, Ikrar berkesimpulan seluruh presiden Amerika dan diplomatnya memang harus berbohong dalam menjalankan kebijakan politiknya.
“Untuk mencari dukungan rakyat dan kongres AS demi kepentingan politik Amerika yang strategis”papar Ikrar.
Persoalan kemudian menurutnya timbul sebuah pertanyaan, apakah pemerintah Indonesia dan jajarannya juga melakukan kebohongan yang sederajat dengan Amerika dalam kaitan hubungan internasional. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kita bisa menerima alasan Amerika yang menyatakan keberadaan pasukan marinir Amerika di Darwin hanyalah untuk kepentingan rotasi pasukan dan latihan penanganan bencana.
“Dan pertanyaanya juga, dia itu berbohong atau takut kepada Obama?” tandas Ikrar.
(Bilal/arrahmah.com)