WASHINGTON (Arrahmah.com) – Seorang blogger anti-Islam di Amerika Serikat, Pamela Geller, memimpin kampanye negatif terhadap umat Islam dalam upaya agar bantuan Amerika ke negara-negara Muslim dihentikan, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Jum’at (16/5/2014).
Pamela Geller telah memasang iklan di bis Metro Washington DC yang menampilkan gambar Mufti Al-Quds Imam al–Husseini berbicara dengan pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler disamping sebuah tulisan yang berjudul ‘‘Islamic Jew-Hatred: It’s in the Quran”.
Di bawah judul poster tersebut menjelaskan bahwa dua pertiga dari bantuan Amerika masuk ke ‘negara-negara Islam’ serta sebuah seruan untuk ‘menghentikan rasisme‘ dan ‘mengakhiri semua bantuan kepada negara-negara Islam‘.
Berkaitan dengan kampanye tersebut, yang berawal dari upaya untuk melawan sebuah kampanye yang dinyatakan oleh kelompok American Muslims for Palestine (AMP) untuk mengakhiri pendudukan “Israel”, Geller mengatakan pada blog-nya:
“Otoritas angkutan Metro DC membuat beberapa tuntutan untuk pembuktian dari setiap klaim dalam iklan kami sebelum mereka mau menerima iklan tersebut, dan saya, tentu saja, dengan senang hati memberikan pembuktian itu.Iklan fitnah antisemitisme dari American Muslims for Palestine (AMP) tidak diharuskan memberikan pembuktian. Otoritas angkutan Metro DC tidak punya masalah dengan antisemitisme mereka. Dan Anda tidak bisa memberikan pembuktian dari sebuah fitnah dan kebohongan yang penuh prasangka. Tapi itu adalah bukti kebencian AMP.”
Geller mengatakan bahwa iklannya tersebut sebagai tanggapan atas iklan anti-Yahudi yang diluncurkan oleh American Muslims for Palestine (AMP) pada bis Metro Washington DC bulan lalu.
Pada bulan Maret lalu, The American Muslims for Palestine (AMP), kelompok edukasi dan advokasi nasional, menggunakan Cherry Blossom Festival untuk menarik perhatian masyarakat terhadap pesannya yang berbunyi: Stop US Aid To Israel’s Occupation!
Iklan tersebut, yang menggambarkan Paman Sam sedang memegang bendera “Israel” dengan tagline “We’re sweating April 15, So Israelis don’t have to!” menyerukan diakhirinya bantuan luar negeri AS untuk pendudukan “Israel”. Iklan ini muncul di Metro bus di rute Cherry Blossom Festival untuk menarik perhatian pengunjung.
“Sementara orang Amerika berjuang untuk membayar pajak mereka selama masa ekonomi yang sulit, uang dari hasil susah payah kita akan diberikan ke sebuah negara yang telah menerapkan penjajahan militer paling lama di dunia modern,” kata anggota dewan AMP Dr Osama Abu Irshad, dari wilayah DC.
Amerika Serikat berkomitmen untuk memberikan bantuan sebanyak $30 miliar dalam 10 tahun yang akan berakhir pada 2018. Saat ini, Amerika Serikat memberikan “Israel” lebih dari $ 3 miliar per tahun untuk bantuan militer dan lainnya. Uang itu sebagian besar digunakan untuk mendukung pendudukan “Israel”, yang ilegal berdasarkan hukum internasional dan merampas hak-hak warga Palestina.
AMP adalah sebuah organisasi nirlaba nasional yang berbasis di dekat Chicago, yang misinya adalah untuk mendidik masyarakat Amerika tentang isu-isu yang berkaitan dengan Palestina serta sejarah dan warisan budayanya yang kaya. AMP menyerukan untuk mengakhiri pendudukan “Israel” di Palestina. Tanpa bantuan keuangan dari AS, “Israel” tidak akan mampu mempertahankan penjajahannya atas tanah Palestina, tegas kelompok tersebut.
Atas iklan dari AMP tersebut, Geller menanggapi dengan memasang iklan serupa yang dipasang di bus metro yang menyerukan untuk menghentikan bantuan AS ke negara-negara Muslim.
Geller, yang juga memiliki yayasan Stop Islamization of America yang dicap sebagai kelompok yang menyebarkan kebencian oleh Southern Poverty Law Center, telah meluncurkan kampanye serupa pada tahun 2012 yang menampilkan gambar dari serangan 9/11 dan ayat dari Al-Qur’an.
Meskipun Metro telah berusaha untuk melarang iklan yang disponsori Geller tersebut dipasang pada bis lokal, keputusan pengadilan menyatakan bahwa iklan itu dilindungi oleh undang-undang tentang hak kebebasan berpendapat dan dengan demikian tidak bisa dilarang. Upaya gagal untuk memblokir iklan tersebut akhirnya membebani Metro sebesar $ 35,000.
(ameera/arrahmah.com)