KAIRO (Arrahmah.com) – Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) yang menjadi basis kekuatan Ikhwanul Muslimin percaya diri akan mendominasi hasil pemilihan yang sedang ditunggu untuk diumumkan. Tak tanggung-tanggung, organisasi tertua dan terbesar di Mesir ini percaya mampu meraup 40 persen suara dari total suara yang diperebutkan.
Jika FJP dan Partai an-Nour, partai ultra-konservatif Islam Salafi mampu mengamankan jumlah kursi yang mereka harapkan, mereka dapat bergabung untuk membentuk sebuah blok mayoritas yang solid. Meskipun koalisi semacam ini jauh dari kepastian tentang kemungkinan koalisi yang ingin dibentuk Ikhwanul Muslimin.
Politikus senior FJP, Essam el-Erian, sempat mengatakan sebelum pemungutan suara bahwa kelompok Salafi, yang mencoba rendah diri dan menjauhi politik selama 30 tahun pemerintahan Mubarak, akan menjadi “beban untuk koalisi apa pun”.
FJP mungkin mencari mitra lain, seperti Partai Wafd yang liberal atau Partai Wasat Islam yang moderat, yang didirikan oleh mantan anggota Ikhwanul pada 1996, meskipun baru mendapatkan verifikasi sebagai partai setelah kejatuhan Mubarak.
Sejumlah rakyat ketakutan Ikhwanul Muslimin mungkin akan mencoba memaksakan penerapan hukum Islam di negara berpenduduk 80 juta jiwa, yang 10 persennya adalah minoritas Kristen Koptik.
Sementara Ikhwanul Muslimin mengatakan mereka akan mempertahankan hak-hak individu, kelompok Salafi tidak malu memperlihatkan ambisi mereka untuk mengubah Mesir menjadi negara dengan perempuan yang harus berpakaian sopan dan konten televisi yang dianggap menyinggung akan dilarang.
Kepemimpinan Ikhwanul Muslimin sejauh ini menghindari memberikan gambaran tentang koalisi yang akan mereka bentuk jika memenangi pemilihan. Selama kampanye, mereka juga menghindari retorika Islam yang ketat dalam mendukung pesan yang lebih inklusif tentang kesetaraan sosial dan pemerintahan yang bersih.
Kritikus, bagaimanapun, khawatir bahwa setelah memegang kekuasaan, Ikhwanul Muslimin akan bersama-sama dengan sekutu Islamnya untuk memberlakukan aturan sosial yang ketat. Banyak minoritas Kristen Koptik Mesir takut bahwa mereka akan menghadapi pembatasan baru dalam bangunan gereja.
Namun, para petinggi Ikhwanul Muslimin menegaskan bahwa tujuan mereka adalah untuk mengakhiri korupsi dan menghidupkan kembali perekonomian. Dan bukannya melarang wanita meminum alkohol atau memaksakan untuk mengenakan jilbab. (rep/arrahmah.com)