KAIRO (Arrahmah.com) – Ikhwanul Muslimin mengaku terkejut atas keputusan Arab Saudi yang memasukkan Ikhwanul Muslimin ke dalam daftar kelompok “teroris”.
Dalam sebuah pernyataan, Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa keputusan itu sepenuhnya bertentangan dengan sejarah kerajaan Arab Saudi yang mempunyai hubungan bersahabat dengan kelompok tersebut sejak era pendiri nasional Raja Abdul Aziz Al Saud sampai sekarang.” Sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Sabtu (8/3/2014).
Pada Jumat (7/3), Riyadh secara resmi menetapkan Ikhwanul Muslimin, bersama dengan delapan kelompok lainnya sebagai organisasi “teroris”.
Selain Ikhwanul Muslimin, kelompok perlawanan yang masuk dalam daftar hitam “teroris” Arab Saudi saat ini termasuk jaringan Al-Qaeda, Al-Qaeda di Semenanjung Arab, Al-Qaeda di Yaman, Al-Qaeda di Irak, Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS), Jabhah Nushrah, “Hizbullah”, dan Houthi di Yaman.
Musim panas lalu, Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab telah menjadi negara Arab pertama yang menyambut penggulingan Muhammad Mursi – Presiden Mesir pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dan merupakan pemimpin Ikhwanul Muslimin – oleh militer Mesir.
Seorang anggota Ikhwanul Muslimin terkemuka Mesir telah menegaskan bahwa gerakan Islam yang berusia puluhan tahun itu tidak memiliki keberadaan di Arab Saudi.
“Ikhwanul Muslimin tidak ada di Arab Saudi,” kata Reda Fahmi, seorang anggota Dewan Syura (badan tertinggi organisasi) Ikhwanul Muslimin, kepada Anadolu Agency.
“Akan tetapi ada banyak masyarakat di Arab Saudi dan negara Arab lainnya yang mendukung Ikhwanul Muslimin,” katanya.
Fahmi mengatakan bahwa Riyadh sekarang mengikuti jejak dari Uni Emirat Arab dalam keputusannya untuk mengadili tokoh-tokoh yang diduga merupakan anggota Ikhwanul Muslimin.
Fahmi menuding Riyadh campur tangan dalam urusan dalam negeri Mesir dengan mendukung secara finansial pemerintahan diktator sementara yang didukung oleh militer di Kairo, sejak Presiden Mursi digulingkan pada Juli tahun lalu. (ameera/arrahmah.com)