KABUL (Arrahmah.id) — Pemerintah Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) tidak mengakui tiga atlet perempuan yang mewakili Afghanistan di Olimpiade Paris 2024, kata juru bicara direktorat olahraga Atal Mashwani.
Sebelumnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengundang enam atlet Afghanistan yang terdiri dari tiga perempuan dan tiga pria dalam konsultasi dengan Komite Olimpiade Nasional Afghanistan.
“Hanya tiga atlet yang mewakili Afghanistan,” kata Mashwani mengacu pada atlet pria.
“Saat ini, di Afghanistan, olahraga putri sudah dihentikan. Ketika olahraga putri tidak dipraktikkan, bagaimana mereka bisa masuk tim nasional?” lanjutnya kepada wartawan AFP (8/7/2024).
Adapun ketiga atlet perempuan itu dan dua atlet pria tinggal di luar Afghanistan.
Satu-satunya yang berlatih di Afghanistan adalah petarung judo pria, sedangkan kedua rekan laki-lakinya akan bertanding di cabang atletik dan renang.
Sementara itu, para atlet perempuan akan bertanding dalam cabang atletik dan bersepeda.
IOC mengatakan, mereka belum berkonsultasi dengan pejabat IIA tentang tim tersebut dan kelompok itu tidak diundang ke pertandingan Olimpiade.
Juru bicara IOC Mark Adams bulan lalu mengonfirmasi, Komite Olimpiade Nasional Afghanistan—termasuk presiden dan sekretaris jenderal yang keduanya tinggal di pengasingan—tetap menjadi satu-satunya narasumber untuk persiapan dan partisipasi tim Afghanistan.
Namun, CEO komite Dad Mohammad Payenda Akhtari yang masih berada di Afghanistan mengatakan, meski atlet perempuan diorganisasikan di luar negeri, komitenya berkoordinasi dengan otoritas IIA mengenai atlet pria.
Mashwani mengeklaim bahwa pemerintah mendukung mereka dengan pelatihan dan beasiswa.
“Kami hanya bertanggung jawab atas tiga atlet pria yang berpartisipasi dalam Olimpiade,” katanya kepada AFP.
Sejak kembali berkuasa pada 2021, IIA memberlakukan pembatasan yang mengecualikan wanita dari olahraga, sekolah menengah, dan universitas.
IOC pernah melarang Afghanistan tampil di Olimpiade 1999 saat negara itu masih diperintah Taliban dalam periode pertama pada 1996-2001. Waktu itu, perempuan juga dilarang dari olahraga.
Kali ini IOC mengambil pendekatan berbeda, menyetujui tim Afganistan berdasarkan sistem yang memastikan semua 206 negara terwakili. (hanoum/arrahmah.id)